View Full Version
Senin, 18 Jul 2016

Janji untuk DKI hanya Tinggal Janji tanpa Realisasi, Ini Detilnya

JAKARTA (voa-islam.com)- Menurut indeks Stop-Start Magnatec Castrol, rata2 33.240 kali proses berhenti-jalan per tahun di Jakarta. Indeks ini mengacu pada data navigasi pengguna Tom Tom, mesin GPS, untuk menghitung jumlah berhenti dan jalan dibuat setiap kilometer.

"Jumlah tersebut lalu dikalikan dengan jarak rata-rata ditempuh setiap tahun di 78 negara," kata Muchtar Effendi Harahap, melalui siaran persnya.

Berikut daftar 10 kota yang menurutnya dengan lalu lintas terburuk di dunia:

(1) Jakarta (Indonesia) - 33.240; (2). Istanbul (Turki) - 32.520; 3). Kota Meksiko (Meksiko) - 30.840; 4). Surabaya (Indonesia) - 29.880; 5). St Petersburg (Rusia) - 29.040; 6). Moskow (Rusia) -28.680; 7). Roma (Italia) - 28.680; 8). Bangkok (Thailand) - 27.480; 9). Guadalajara (Meksiko) - 24.840; dan, 10). Buenos Aires (Argentina) - 23.760

Biasanya Pemprov DKI mengajukan beragam alasan mengapa terjadi kemacetan terparah se dunia ini. Yakni: (1) Kapasitas jalan tidak mencukupi; (2) Terbatasnya kesediaan dan pelayanan umum; (3) Tidak terintegrasinya  sistem dan jaringan transportasi multimoda; (4) Ketersediaan dan akses prasarana jalan untuk mendukung pelabuhan dan bandar udara; dan, (5) Kedisiplinan masyarakat dalam berlalu lintas. Khusus alasan terakhir ini, "Pemprove DKI mengklaim, kemacetan di Jakarta disebabkan juga oleh rendahnya tingkat kedisiplinan masyarakat dalam berlalu lintas. Ketidakdisiplinan ini dapat dilihat dari cara berkendaraan tidak tertib, tidak mematuhi rambu lalu lintas dan pelanggaran etika pada lampu pengatur lalu lintas."

Salah satu misi DKI Jakarta 2013-2017, menjadikan Jakarta sebagai kota bebas dari masalah-masalah menahun seperti kemacetan, banjir, permukiman kumuh, sampah dan lain-lain.

Terkait masalah kemacetan, strategi diambil yakni (1) Pemantapan dan pengembangan sistem transportasi kota berbasis angkutan umum massal; (2). Pebangunan infrastruktur jalan dan jembatan.

Program Pembangunan unggulan mencakup; (1). Angkutan umum berbasis jalan (koridor busway, armada busway, penataan trayek dan peremajaan armada bus sedang); (2). Angkutan massal berbasis rel (Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rapid Transit (LRT); (3) Jalan dan jembatan (fly over dan underpass, jalan tembus).

"Jika mengacu Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Prov. DKI Jakarta (PerdaNo. 2 Tahun 2012 tentang RPJMD Prov. DKI Jakarta 2013-2017), luas jalan terbangun 48.319.509,97 M2 (2013), 48.428.709,97 M2 (2014), 48.681.709,97 M2 (2015), 49.318.309,97 M2 (2016), dan 50.050.809,97 M2 (2017). Jumlah jembatan terbangun: 287 jembatan (2013), 293 (2014), 296 (2015), 296 (2016), 296 (2017)."

Panjang ruas jalan dilintasi untuk Busway: 225,43 Km (2013), 247,36 Km (2014), 269,29 Km (2015), 291,22 Km (2016), 313, 15 Km (2017). Perlu diketahui di era Foke (2012) telah terbangun 203, 5 Km lintas Busway.

Untuk panjang lintasan  MRT: 1,5 Km (2013), 3,5 Km (2014), 7,5 Km (2015), 15,7 Km (2016), dan 15,7 Km (2017). Sedangkan persentase jalur MRT Lebak Bulus-Bundaran HI  (15,7 Km) dapat diselesaikan : 0 % (2013), 25 %(2014), 50 % (2015), 75 % (2016),  dan 100 % (2017).

Panjang lintasan LRT: 0 orang/tahun (2013), 0  (2014), 0 (2015), 0  (2016) dan 103.320.000 orang/tahun (2017). Sedangkan persentase jalur LRT (24,8 Km) dapat diselesaikan: 0 Km (2013), 0 Km (2014), 0 Km (2015), 0 Km (2016), dan 24,8 KM (2017).

Dalam hal pengadaan armada Busway, pada 2012 telah tersedia 669 bus (34 SAB), 275 SAB (2013), 200 SAB (2014), 200 SAB (2015), 180 SAB (2016) dan pada 2017 terdapat 1.289 SAB.  Jumlah peremajaan armada angkutan umum: 1.000 unit (2013), 1.000 (2014), 1.000 (2015), 1.000 (2016), 1.000 (2017) dan total 2017 mencapai 5.000 unit.

Untuk menilai capaian target tentu hanya layak target 2013, 2014 dan 2015.

"Apakah target diharapkan ini telah tercapai? Jawabannya: Tidak! Ahok tidak mampu dan gagal melaksanakan kebijakan dan program pengembangan transportasi sesuai Perda No. 2 Tahun 2012. Lihatlah data, fakta dan angka berikut ini: Luas jalan terbangun: masih sangat minim jauh di bawah target (48.681.709,97 M2, 2015). Jumlah jembatan terbangun: masih jauh di bawah target (296 jembatan, 2015). Panjang ruas jalan dilintasi untuk Busway: masih jauh di bawah target. (269,29 Km 2015). Panjang lintasan  MRT: masih  jauh di bawah target (7,5 Km,  2015)." (Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version