View Full Version
Jum'at, 19 Aug 2016

Jumhur Hidayat: Aboriginisasi Kaum Pribumi Harus Dilawan!

JAKARTA (voa-islam.com) - Ratusan tokoh hadir dalam perayaan 1 Tahun Partai Priboemi sekaligus peringatan HUT RI ke-71 bertema"Priboemi Adalah Kita. Ayo Bangkit Menjadi Tuan di Negeri Sendiri!" di Kirana Ballroom Hotel Kartika Chandra, Rabu malam (17/8/2016).
 
Tampak hadir memberikan orasi politik antara lain tokoh gerakan rakyat Jumhur Hidayat, budayawan Ratna Sarumpaet, politisi Ahmad Mubarok, ulama Habib Novel dan tokoh Betawi Eki Pitung dalam acara Partai Priboemi yang dipimpin oleh Ketua Umum Muhardi dan Sekjen Heikal. 
 
Membuka pidatonya, Jumhur Hidayat menyampaikan bahwa Proklamasi Indonesia itu suatu keajaiban. Dia menjelaskan tentang bangsa-bangsa di daratan Afrika Utara dan Amerika Latin yang dijajah oleh negara yang sama tapi merdeka sendiri-sendiri menjadi puluhan negara, berbeda dengan Republik Indonesia.
 
"Indonesia terdiri dari ribuan pulau, 700 lebih etnik grup dan 360-an bahasa, dipisahkan oleh lautan, tapi 17 Agustus 1945 menyatakan merdeka bersama-sama yaitu Republik Indonesia. Kita berterimakasih saat ini Indonesia terbentang dari Sabang sampai Merauke akibat kebesaran jiwa kaum pribumi di daerah-daerah yakni para pemimpin dan pemangku adat yang sesungguhnya sudah berkuasa dan berpemerintahan. Ada ungkapan '1 untuk semua, semua untuk 1' di awal kemerdekaan dulu. Semua suku-suku bangsa merelakan ikut dalam negara proklamasi menjadi 1 Indonesia," ujar Jumhur seperti rilis yang diterima voa-islam.com
 
Lebih lanjut dia menjelaskan, sekarang satu Indonesia tak lagi untuk semua suku, tapi Indonesia telah memberikan kekayaan dan kemampuannya untuk Amerika, Inggris,Tiongkok, Jepang, Korea dan lain-lain, sehingga rakyat yang tersebar di berbagai daerah yang berjasa menjadikan Indonesia merdeka malah terpinggirkan tersuruk dalam kemiskinan. Ironisnya, ketika ada yang menyatakan pribumi harus bangkit akan dituduh rasis. Padahal, perjuangan golongan dibenarkan dalam konstitusi, seperti dulu ada Partai Tionghoa, Partai Arab Indonesia dll. 
 
"Sekarang kita harus memperjuangkan diri kita karena kita sudah tidak lagi jadi tuan di negeri sendiri. Saudara-saudara berkumpul merasa senasib, seolah menjadi warga Aborigin, suku asli di Australia yang secara sistematik dihancurkan. Terjadi aboriginisasi kaum pribumi di Indonesia, dan semua karpet merah dibentangkan untuk asing. Tidak ada kata tidak, Aboriginisasi kaum pribumi harus dilawan!" seru Jumhur ke ratusan pengurus Partai Priboemi yang hadir. 
 
Secara khusus, mantan Kepala BNP2TKI itu mengecam kebijakan datangnya tenaga kerja asing (TKA) Tiongkok. Jumhur menilai ini bukanlah keputusan bisnis, karena tak menguntungkan secara ekonomi. Analisa dia, ada misi besar untuk mengkolonisasi, seperti dalam kasus Reklamasi Jakarta untuk tempat tinggal 1,5 juta orang yang sudah mulai dipasarkan di Tiongkok, kasus enclave Walini di Jabar, di Papua, Kalimantan, Sulawesi dll. 
 
"Pada saatnya nanti kita akan jadi satelitnya negeri Tiongkok. Kita sedang disiasati oleh banyak negara karena keluguan, kebodohan dan kesalahan kita khususnya para pemimpin, dan korbannya adalah kaum pribumi. Tahun '98 katanya terjadi kerusuhan etnis dengan tingkat ketimpangan 0,308. Outputnya kaum pribumi jadi terdakwa karena dituduh rasis, brutal dan tak tahu diri. Saat ini ketimpangan sosial sudah 0,41 dan di beberapa tempat sudah 0,45. Banyak revolusi terjadi di indeks ketimpangan 0,4. Anehnya, sejak '98 sampai hari ini tak ada koreksi atas ketimpangan atau pemerataan pendapatan dan kesempatan, malah semakin menjadi-jadi," paparnya.
 
"Namun begitu, saya pesan, Partai Priboemi harus pastikan tak boleh ada setetespun darah warga non pribumi tumpah. Ini tugas besar kita dan Partai Priboemi tak boleh rasis. Kata pribumi harus jadi kata sifat, siapa yang berjuang memajukan rakyat miskin dan yang tersingkirkan itulah jiwa pribumi. Bila berkuasa, keluarkan kebijakan agar rakyat banyak yang mayoritas pribumi harus ikut dalam berbagai kegiatan pemberdayaan diri sehingga bisa lebih sejahtera dan bermartabat. Jangan sampai ironi besar terus terjadi yaitu negara maritim tapi mayoritas nelayannya miskin, atau negara agraris tapi mayoritas petaninya hidup miskin. Pastikan Partai Priboemi melawan ironi tersebut. Salam pribumi!" pungkasnya. [syahid/voa-islam.com]

latestnews

View Full Version