JAKARTA (voa-islam.com)- Muhammad Said Didu memberikan “kuliah” ke Prof. Mahfud MD terkait perbedaan kriteria sistemik pada IT dengan sistemik pada Pemilu.
“Sistemik pada IT jika, pertama input data tidak sesuai fakta. Kedua, input data dipilih-pilih yang menguntungkan salah satu calon. Ketiga mengubah data. Keempat, mengunci data agar prosentase akhir tetap,” demikiak cuitannya, Kamis (25/4/2019).
Menurut dia, yang biasa merancang sistem berbasis IT, mengaku paham betul kesalahan IT yang bisa dirancang untuk berbuat curang. “Intinya jika program sudah tidak bisa mengoreksi sistem secara otomatis, artinya sistem itu rawan atau memang dirancang untuk curang.”
Dari kejadian yang sederhana pada sistem IT KPU seperti penjumlahan tidak autokoreksi, otomatisasi data dengan penyesuaian gambar tidak terjadi dan lain-lain menunjukkan bahwa sistem IT KPU amburadol atau memang dirancang untuk curang.
Biar tidak terlalu jauh, mohon prof @mohmahfudmd berhenti memuji IT KPU.”
Cuitan Said pun direspon oleh Mahfud dengan menyatakan, bahwa kata dia nanti semuanya juga akan terbukti pada saat hitung manual. Setelah hitung manual, yang memuji maupun yang mencela IT KPU akan manggut-manggut. Kuncinya kata dia di situ.
Setelah itu kata dia giliran MK yang akan diserang. Itu ritual politik sejak tahun 2004. “Bagus juga, sih, demokrasi. City semalam menang ya Pak @saididu,” cuitannya.
Masalah IT, Said mengaku sengaja membahasnya khusus buat Mahfud, dengan alasan ia tidak rela jika mantan Ketua MK itu dimanfaatkan oleh KPU sebagai bemper kesalahan atau rekayasa sistem IT yang dibuat. “Bagi orang yang sedikit saja paham tentang sistem IT pasti ketawa melihat sistem IT KPU.”
(Robi/voa-islam.com)