JAKARTA (voa-islam.com)- Bangsa yang kuat dan besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya sendiri. Dalam sejarah Indonesia, sepanjang ratusan tahun, telah banyak muncul pemimpin-pemimpin tangguh, pendekar-pendekar pembela rakyat dan keadilan, tokoh-tokoh pejuang yang berani melawan penjajahan dan dominasi bangsa lain.
Mereka, para pendekar-pendekar pembela bangsa Indonesia, adalah tokoh-tokoh yang berani, jujur, tanpa pamrih dalam membela keadilan dan kebenaran. Mereka menghidupi sikap pendekar.
Seorang pendekar, kalau melihat ada pihak yang menebarkan kebencian dan fitnah kepadanya, tidak dibalas dengan sikap yang sama. Pendekar tidak balas fitnah dengan fitnah, tidak balas kebencian dengan kebencian.
Bagi seorang pendekar, hormat bukan berarti menyerah. Sopan bukan berarti meninggalkan perjuangan. Ia harus selalu berusaha mencari jalan yang damai, jalan yang baik.
Ia harus selalu mengutamakan persaudaraan dan persahabatan. Ia harus tetap militan dan patriotik, harus menyiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan. Seorang pendekar harus paham apa artinya kekerasan. Karena itulah seorang pendekar yang juga seorang pemimpin sejati, pemimpin yang bertanggungjawab, harus selalu memilih jalan yang sejuk. Apalagi kalau untuk menjaga kepentingan dan keutuhan bangsa.
(Bersambung)