Negeri Muslim Yaman kini terimbas strategi global War On Terror. Pemerintah Sana’a harus memerangi rakyatnya sendiri yang Muslim. Al-Qaida dan perang terorisme adalah strategi Amerika menakuti dan mengobrak-abrik dunia Islam.
Yaman kini tengah menjadi sorotan dunia. Umar Faruk Abdulmuttalab, warga Nigeria yang dituduh meledakkan bom di pesawat Delta-Airlines dari Amsterdam-Detroit, ditengarai mendapat pelatihan militan di Yaman. Selain itu, negeri di semenanjung Saudi Arabia itu tengah menghadapi beberapa problem internal yang rumit. Di Utara menghadapi pemberontakan suku Houthi-Syiah, sementara di Selatan menghadapi gerakan separatis.
Lebih dari itu, para analis meyakini Yaman kini menjadi markas bagi pejuang Taliban ataupun militan yang terkait kelompok Al-Qaida. Menlu Yaman Abu Bakr al-Qirbi menegaskan, kini setidaknya ada ratusan anggota Al-Qaida berada di negerinya : “Saya tak tahu persisnya, sekitar 200-300 orang“, ujar Menlu.
Al Qaeda di Semenanjung Arab, yang bermarkas di Yaman, telah menyatakan bertanggungjawab atas pemboman yang diupayakan pada saat Hari Natal, Jumat 25 Desember atas sebuah pesawat Delta Airlines.
Selanjutnya Al- Qaida menegaskan akan menyerang sasaran-target strategis kepentingan Barat dan Amerika. Karenanya, kini Kedutaan Besar Amerika dan Inggeris di Ibukota Yaman, Sana’a, ditutup sementara :“Kantor kedubes ditutup sebagai respon atas ancaman yang terus dilakukan oleh Al-Qaida di Semenanjung Arab untuk menyerang kepentingan-kepentingan AS di Yaman."
John Brennan, asisten keamanan dalam negeri dan anti-terorisme Presiden AS, seperti dikutip CNN mengatakan bahwa ada indikasi Al-Qaida sedang merencanakan serangan terhadap sebuah target di Sana’a. Sementara juru bicara kedubes Inggris hanya mengatakan bahwa mereka menutup kantor kedutaan karena "alasan keamanan". Baik AS maupun Inggris, tidak memberitahu kapan kedubes akan dibuka kembali. Padahal sebelum kedua negara itu memutuskan menutup kantor kedubesnya, Inggris baru saja mengumumkan akan bekerjasama dengan AS dalam memberikan bantuan dana untuk memberantas "teroris" di Yaman
Pemerintah Yaman akhirnya menyepakati kerjasama dengan Amerika dalam membantu kampanye penumpasan aktivitas militan yang akan digalakkan di wilayah mereka. Kesepakatan terjadi setelah Komandan Militer Regional AS, Jenderal David Petraeus, menyampaikan pesan Presiden Barack Obama kepada Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh.
Kepala Keamanan Nasional Yaman Mohamed Al Anisi menyatakan bahwa negerinya menerima bantuan militer dari Amerika dalam ofensif Operasi Al-Aqida di Yaman. Pasukan Yaman melancarkan penggerebekan terhadap target-target yang dicurigai sarang Alqaeda pada 17 - 24 Desember, hingga menewaskan lebih dari 60 militan.
Beberapa lainnya terluka dalam pertempuran pekan ini di provinsi barat dari negara miskin di Semenanjung Arabia yang berbatasan laut dengan Somalia di Teluk Aden itu.
Sumber-sumber pasukan keamanan Yaman menyatakan bahwa pasukan tambahan telah dikerahkan ke provinsi Abyan, Bayada dan Shawba, di mana militan Alqaeda bersembunyi.:" Ini adalah bagian dari operasi memburu elemen-elemen Alqaeda, mencegah setiap upaya serangan balik atas penggerekan itu, dan menyempitkan ruang gerak para ekstrimis," kata salah satu sumber.
Versi lain menegaskan bahwa serangan baru-baru ini terhadap posisi Alqaeda di Yaman, termasuk peluncuran peluru kendali, telah dipimpin oleh Amerika Serikat, demikian laporan stasiun televisi CBS, Minggu pagi 3 Januari ini. CBS, mengutip Sebastian Gorka yang merupakan pakar operasi khusus AS yang melatih tentara Yaman, melaporkan bahwa AS telah memimpin serangan gabungan darat dan udara baru-baru ini."Serangan itu tampak sangat terlihat dilakukan Amerika Serikat, namun dengan dukungan besar-besaran pemerintah Yaman," kata Gorka."Serangan itu berupa luncuran peluru kendali yang dibarengi dengan unit militer di darat." Sekitar 12 jet tempur ikut serta dalam serangan yang tidak sengaja menghantam permukiman sipil, kata saksi mata.
Empat warganegara Yaman yang menjadi anggota Al-Qaeda ditemukan di sebuah rumah sakit di Aden dan mereka langsung ditetapkan sebagai tahanan kendati masih tetap mendapatkan perawatan medis, kata militer.
Surat kabar semi-pemerintah "September 26" juga melaporkan bahwa sejumlah anggota Al-Qaeda, beberapa orang di antara mereka berkewarganegaraan Arab Saudi, gugur dalam operasi militer tersebut
Seperti dikutip Antara, Amerika agaknya telah merancang persiapan operasi perang di Yaman setahun lalu. Agen-agen intelijen CIA telah dikirmkan ke Yaman setahun lalu, demikian juga dengan instruktur lapangan yang melatih tentara Yaman. Pemerintahan Obama telah merencanakan bantuan militer sebesar 70 juta dollar dalam latihan militer 18 bulan ke depan, termasuk untuk polisi dan pasukan penjaga di wilayah laut. Semua ini ini dimaksudkan untuk menangkal kekuatan al- Qaeda di Yaman.
"Yaman kini menjadi salah satu pusat pertempuran itu," ujar Senator Joseps I.Lieberman, senator yang juga kepala Homeland Security and Governmental Affairs Committee kepda Fox News. "Kehadiran kami meningkat di sana dan kami memang harus," tambah Lieberman yang mengunjungi Yaman bulan Agustus lalu. Beberapa pejabat penting AS seperti Jendral Petraeus, komandan militer AS dan John O.Brennan, penasihat masalah terorisme Barack Obama melakukan kunjungan rahasia ke Yaman musim panas ini.
Seorang pejabat keamanan Yaman mengemukakan kepada AFP bahwa Sana`a berusaha memperoleh dukungan intelijen lebih banyak dari Washington tetapi menegaskan setiap tindakan militer harus dilakukan pasukan Yaman sendiri."Kami mendesak AS memperkuat kerjasama kita dalam intelijen. Tetapi operasi -operasi adalah tanggung jawab Yaman," katanya.
Para pejabat AS yang dikutip CNN juga mengatakan Yaman tidak mengizinkan keikutsertaan AS dalam operasi darat :"Yaman belum mengizinkan tipe serangan udara helikopter pasukan khusus yang akan menempatkan para komando AS di darat dengan misi menangkap para tersangka untuk selanjutnya diperiksa," katanya mengutip seorang pejabat kedua AS.
Dalam pada itu, PM Inggris Gordon Brown mengatakan bahwa ia akan menggelar pertemuan di London tanggal 28 Januari mendatang untuk membahas upaya meredam radikalisasi di Yaman. Sedangkan pemerintah AS menyatakan untuk menghadapi para "teroris" di Yaman, tidak cukup hanya dengan menambah bantuan militer ke negeri itu.
Perang yang berkecamuk di Yaman agaknya tak bisa dilepaskan dengan strategi global Amerika melancarkan agenda War On Terror, yang sesungguhnya adalah melancarkan perang, kekacauan, kerusuhan pada daerah, kawasan atau negara-negara Islam seperti Afghanistan, Pakistan, Irak, Indonesia, Xinjiang, dan kini giliran Yaman. (msa dari berbagai sumber)