Tetap beredar dan diputarnya film porno “Suster Keramas” dengan bintang film porno Jepang, Rin Sakuragi, membuat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat semakin geram. Seolah-olah Wakil MUI di Lembaga Sensor Film (LSF), Zainud Tauhid merasa dilecehkan, karena selama ini tidak didengar suaranya.
Apalagi banyaknya film yang beredar di masyarakat membuat Wakil MUI yang hanya seorang diri kurang mampu mengawasinya dan seolah-olah hanya sebagai tukang stempel saja.
“MUI Pusat sedang mempertimbangkan apakah akan mempertahankan wakilnya di LSF atau menariknya. Kalau memang tidak efektif dan tak ada manfaatnya, lebih baik ditarik saja,” tegas Ketua MUI KH Ma’ruf Amin kepada Suara Islam seusai Milad LPPOM ke 21 di Kantor MUI Pusat, Rabu (6/1).
Menurut KH Ma’ruf Amin, kriteria film yang harus dicekal atau ditarik dari masyarakat adalah film bersifat pornografi, sadis dan takhayul. Padahal film “Suster Keramas” dengan bintang film porno Jepang jelas merupakan film porno. Tetapi anehnya, mengapa film tersebut bisa lolos sensor LSF.
“Tidak berarti kalau sebuah film lolos sensor otomatis disetujui MUI. Sebab MUI selalu memakai tiga kriteria diatas yakni film yang tidak mengandung unsur kesadisan, pornografi dan takhayul,” tegas KH Ma’ruf Amin. (Lim)