View Full Version
Selasa, 11 May 2010

Jihad Sang Komjen

"Orangnya konsisten, keras, tidak ada kompromi," kata Kapolri saat melantik Susno Duaji  menjadi Kabareskrim Mabes Polri pada 24 Oktober 2008. Bambang Hendarso Danuri tidak salah.

Saat menjadi Letnan Satu di Jawa Tengah, Susno pernah menahan ‘’orang penting’’ yang terlibat sebuah kasus korupsi. Karena ini, dia kemudian dianggap melawan dan dicopot Kapoldanya.

Pada 30 Januari 2008, sebagai Kapolda Jabar,  Irjen Pol Drs Susno Duadji SH MSc, mengumpulkan seluruh perwira di Satuan Lalu Lintas mulai tingkat polres hingga polda. Dalam rapat itu, Kapolda Susno hanya berbicara tidak lebih dari 10 menit, namun dengan pesan yang menyengat. Di akhir pesannya, seluruh anggota Satlantas dia tanya dua kali mengenai kesiapan mereka menjalankan perintah itu. ‘’Siap! Siap!’’ jawab anak buah serempak.

Nah, isi perintah Kapolda adalah: jangan ada lagi pungli di Satlantas, baik di lapangan (tilang) maupun di kantor (pelayanan SIM, STNK, BPKB, dan lainnya). “Tidak perlu ada lagi setoran-setoran. Tidak perlu ingin kaya. Dari gaji sudah cukup. Kalau ingin kaya jangan jadi polisi, tetapi pengusaha. Ingat, kita ini pelayan masyarakat. Bukan sebaliknya, malah ingin dilayani,” tegas Pak Kapolda yang sudah melanglang buana ke puluhan negara untuk mendalami ilmu penangkalan korupsi.

Pada 24 Oktober 2008, polisi kelahiran Pagaralam, Sumatera Selatan, ini ditarik ke Mabes Polri sebagai Kabareskrim.

Namanya menjadi ‘’public enemy’’ setelah Majalah Tempo edisi Juli 2009 memuat wawancaranya yang mencuatkan istilah ‘’buaya vs cicak’’. Cukong markus Anggodo Widjojo, dalam percakapan teleponnya, mengatakan ‘’Truno 3 di pihak kita’’ dalam upaya memenjarakan pimpinan KPK. Publik digiring media massa untuk meyakini bahwa ‘’Truno 3’’ adalah Kabareskrim alias Susno Duadji. Dia tambah jadi pesakitan dengan tuduhan menerima suap Rp 10 Milyar untuk mencairkan dana Boedi Sampoerna yang bermasalah di Bank Century.

Meski dimusuhi opini publik, Susno tetap tenang. Dia menolak mundur dari jabatannya. ‘’Mundur berarti salah,’’ tegasnya.

Sebenarnya, kode resmi untuk Kabareskrim adalah "Tribrata 5″, sedangkan ‘’Truno 3’’ adalah kode untuk Direktur III Tipikor (Tindak Pidana Korupsi). Bahkan Susno mengungkapkan, dia tidak pernah dilibatkan dalam operasi kriminalisasi pimpinan KPK.

Dalam dengar pendapat dengan anggota komisi III DPR, Susno yang mantan Wakil Ketua PPATK dan datang bukan atas ajakan Kapolri melainkan undangan DPR, bersumpah tidak menerima suap Rp 10 M seperti diopinikan kepadanya.

Belakangan, Susno dituduh dari berbagai penjuru telah menerima suap ini-itu senilai ratusan juta hingga milyaran rupiah. Salah satu tuduhan, menurut polisi penyidik, dari pengacara Haposan Hutagalung. Pengacara yang tengah ditahan sebagai pengacara Gayus Tambunan ini katanya menyebut Susno menerima Rp 500 juta dari aliran dana Gayus.

Haposan, yang pernah menjadi sponsor pemenangan SBY dalam pilpres dan profilnya sempat nongol di majalah Polisi Metropolitan Jakarta terbitan Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya, Oktober 2006, menolak bahwa dia telah menyuap aparat penegak hukum.

Sedangkan Kepala Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Yunus Husein, sudha menyatakan bahwa pihaknya telah memeriksa rekening Susno Duadji. Hasilnya, tidak ada transaksi mencurigakan. Memang, PPATK pada 2005 pernah melaporkan rekening 15 perwira polisi yang mencurigakan. Tapi, tidak ada nama Susno di dalamnya. Dan laporan itu sampai kini auk ah gelap.

Saat bersilaturahmi ke rumah sepupunya di Muara Enim, 30 April lalu, Komjen Susno Duadji disambut dan dielu-elukan masyarakat setempat. Susno dikalungi rangkaian bunga, lalu dibopong-bopong bak pahlawan. Kemudian perwakilan warga Muara Enim menyampaikan pernyataan sikap mendukung sepenuhnya tindakan Susno Duadji dalam mengungkap dan memberantas mafia hukum di tubuh Polri dan institusi lainnya.

Sambutan serupa sudah ia terima sebelumnya, saat menerima Whistle Blower Award dari Komunitas Pengusaha Anti Suap di Hotel Kartika Chandra, 21 April lalu. Penghargaan itu berdasarkan pilihan publik secara langsung dan melalui facebook. Meski datang saat acara nyaris berakhir, Susno tetap disambut bak pahlawan.

Para ulama FUI pun mendukung sepak terjang Susno Duadji, sepanjang itu semua dalam rangka jihad menegakkan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim.
(nurbowo)


latestnews

View Full Version