Isu terorisme diciptakan dan dipelihara karena proyek terorisme memberi keuntungan besar buat penguasa.
Banyak film produksi Amerika yang menistakan Indonesia walau sekilas saja. Misalnya, Indonesia dilukiskan sebagai negeri yang selalu bikin kacau di film Lethal Weapon 4 (1998). Dalam satu adegan, Danny Glover mengumpat, ‘’Kapal bodoh ini dibuat orang Indonesia!’’ Di film Bats (1999), kalong vampire yang menyerbu Amerika dikatakan berasal dari Indonesia. Lalu film Kingkong (2005), menyebut gorila raksasa ini berasal dari Pulau Tengkorak di perairan Sumatera yang dihuni penduduk primitif barbar. Yang teranyar film Kingdom, menuturkan aliran dana teroris dari Saudi Arabia ke Jakarta.
Apa balasan sineas kita?
Juni 2010 ini, akan dirilis film buatan Indonesia berjudul Obama Anak Menteng. Film garapan sutradara Damien Dematra itu diangkat dari novel dengan judul yang sama. Film menggambarkan empat tahun kehidupan Obama di Menteng, Jakarta Pusat, di era 70-an, dengan banyak kejadian lucu penuh kenangan.
"Film ini akan menceritakan Obama sewaktu kecil. Obama yang sering berkata 'saya betmen' yang artinya Betawi Menteng," kata Dematra.
Hebatnya, film ini dikebut hanya salam sebulan. Lokasi syuting di Jakarta dan Cimahi, Jawa Barat. Dematra menata lokasi di Cimahi menjadi kawasan Matraman era 70-an.
Obama Anak Menteng jelas film kejar setoran, menyambut kedatangan Presiden AS Barack Obama Juni ini ke Indonesia.
Sebelumnya, Barack Obama membatalkan rencana kedatangannya ke Indonesia pada 22 Maret lalu. Padahal, tuan rumah sudah sibuk mempersiapkan penyambutan, termasuk mendandani patung Barack Obama kecil di kawasan Menteng.
Selain film kenangan masa kecilnya di Indonesia, Obama yang rencananya akan datang sekeluarga juga sudah disambut dengan pementasan sinetron terortainment.
Dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat 14 Mei lalu, Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Bambang Hendarso Danuri menuturkan rencana-rencana dahsyat yang bakal menggegerkan dunia internasional oleh sekelompok orang Indonesia yang disebut teroris.
Para teroris tersebut, menurut Kapolri, hendak mengulang drama teror mengerikan yang pernah terjadi di Mumbai, India. Mereka akan menyerbu Upacara Hari Ulang Tahun RI pada 17 Agustus 2010 di Istana Negara, dan membunuhi Presiden RI dan pejabat negara lainnya, serta tamu negara asing yang merupakan tamu VVIP.
"Setelah itu mereka mendeklarasikan berdirinya Tanzim Al Qaidah di Indonesia," ujar Kapolri yakin.
Seakan menepis ketidakpercayaan publik, Menkopolhukam Djoko Suyanto meminta masyarakat jangan under estimate dengan pernyataan Kapolri tersebut.
Yah, apa boleh buat, banyak warga masyarakat yang semakin lama semakin tak percaya pada berbagai operasi openggerebekan teroris yang dilakukan Densus 88 Polri. Apalagi, aksi anti-terorisme juga tampak wagu dan lucu bagai sinetron televisi, seperti ketika ratusan polisi dikerahkan hanya untuk akhirnya menembak mati seseorang yang disebut teroris di sebuah rumah di Solo. Demikian juga penggerebekan sebuah bengkel di Solo beluam lama ini (baca: Dagelang Penggerebekan Teroris).
Seperti dikatakan tokoh jurnalis investigatif kawakan, Farid Gaban dan Satrio Arismunandar, operasi anti-teroris di Indonesia sejak awal mudah dibaca skenarionya. Nyaris semua orang yang diposisikan sebagai tokoh teroris berkaliber internasional semacam DR Azahari, Mohd Noordin M Topp, Dulmatin dan belakangan Umar Patek, langsung tewas dibunuh. Begitupun dengan sejumlah orang yang dikatakan sebagai anak buah mereka. Sehingga, cerita teroris di Indonesia menjadi kisah tunggal dan sepihak versi kepolisian, tanpa konfirmasi dari para tersangka utama pelakunya.
Keuntungan (leverage) politik besar, selalu saja dipanen penguasa dengan operasi anti-teror. Misalnya, saat kemenangan sementara SBY dalam Pilpres tengah dipermasalahkan di KPU. Meski Barack Obama gagal datang Maret lalu, Presiden SBY mendapat applaus dari Parlemen Australia tatkala mengumumkan penggerebekan teroris di Pamulang yang menewaskan Dulmatin.
Operasi anti-teror juga menjadi semacam setoran ke Amerika Serikat, demi mendapatkan carrot dan bukan stick. Sudah jadi rahasia umum, operasi anti-terorisme di Indonesia dijadikan proyek yang dibiayai Amerika dan Australia. Misalnya pada 2002, AS menggelontorkan sekitar USD 50 juta yang kemudian mewujudkan Pusat Pelatihan Anti-teror di Semarang, Gedung Detasemen 88 di Mabes Polri, termasuk ke Kejagung.
Menurut mantan Koordinator Kontras, Munarman, setiap ada kejadian luar biasa berskala nasional, polisi selalu membuat isu terorisme. Termasuk kali ini, saat Polri tengah digoyang nyanyian Komjen Susno Duadji tentang korupsi berjamaah oleh mafia hukum dan makelar kasus. Nyanyian Susno juga menjadi jalan pembuka tabir skandal Bank Century yang mengancam kekuasaan.
‘’Jadi, isu terorisme sengaja diciptakan dan dipelihara untuk kepentingan penguasa,’’ tandas Munarman saat bersama para tokoh FUI hendak membesuk Susno Duadji di tahanan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jumat (14/5/2010).
Memelihara isu terorisme, juga menjadi kepentingan politik-militer rejim Amerika Serikat. Dengan dalih war on terror, Amerika menjajah dunia Islam dan membunuhi warganya.
Tak lama setelah Amerika menjajah Irak pada 2003, perkiraan pertama versi pemerintah Irak menyebutkan lebih dari 85.000 warga Irak tewas dalam kurun 2004-2008. Perkiraan itu didasarkan pada surat kematian yang dikeluarkan oleh kementerian kesehatan yang telah memasukkan hitungan 15.000 jenazah tak teridentifikasi. Sekitar 148.000 orang cedera pada periode yang sama. Diantara para korban terdapat 1.279 anak, 2.334 perempuan, 263 profesor di universitas, 21 hakim, 95 pengacara dan 269 wartawan.
Alih alih menarik pasukan Amerika dari Afghanistan seperti pernah dijanjikannya, Presiden Barack Obama pada awal Desember 2009 justru mengirim pasukan tambahan sebanyak 30 ribu personel.
Invasi AS dan Sekutu terhadap Afganistan sejak 2002 lalu telah menyebabkan ribuan korban luka dan tewas. Banyak diantaranya anak-anak, wanita, dan orang tua.
Amerika pun menebar maut di belahan bumi Muslim lainnya seperti Pakistan, Yaman, Dharfur. Iran juga dalam bidikannya.
Last but not least, Amerika adalah sekutu abadi Negara Teroris Israel. Di hadapan Konferensi organisasi lobby Yahudi terkemuka AIPAC di Amerika pada 4 Juni 2008, Presiden Barack Obama menegaskan, “Biarkan saya jelaskan. Keamanan Israel adalah keramat. Hal ini tidak bisa dinegosiasikan. Orang Palestina membutuhkan sebuah negara yang berdampingan dan kohesif [dengan Israel], yang memberi tempat bagi mereka untuk hidup makmur—tapi perjanjian apapun dengan rakyat Palestina harus melindungi identitas Israel sebagai negara Yahudi, dengan perbatasan yang aman, diakui, dan bisa dipertahankan. Jerusalem akan menjadi ibu kota Israel, dan [kota] ini akan tetap tidak terbagi.”
‘’Komitmen pertama dan mustahil ditawar adalah keamanan Israel, sekutu sejati kita di Timur Tengah dan satu-satunya demokrasi,’’ kata Obama dalam siaran pers Pembaruan Kepemimpinan Amerika, 12 Juli 2004 (Lisa Rogak: Obama in His Own Words). [nurbowo]