Oleh: Hartono Ahmad Jaiz
Perusakan Islam dilakukan orang secara sistematis sampai ke dasarnya. Pangkal dan bahkan akar Islam dicabut semena-mena. Al-Qur’anul Kariem Kalamullah yang menjadi landasan Islam dianggap tidak murni lagi. Sampai-sampai ada tesis untuk meraih gelar master agama di perguruan tingi Islam negeri di Jogjakarta dibukukan dengan judul Menggugat Otentisitas Wahyu Tuhan. (Bantahan terhadap perusakan Islam itu bisa dibaca di buku Islam dan Al-Qur’an pun Diserang, karya Hartono Ahmad Jaiz, Pustaka Nahi Munkar, Jakarta, Muharram 1430H/ Januari 2009M).
Ayat-ayat Al-Qur’an pun ditafsiri dengan ditarik-tarik ke arah yang berlawanan sama sekali namun cukup dikilahi dengan kedok bahwa beda penafsiran boleh-boleh saja. Akibatnya, Islam --yang menegakkan Tauhid dan memberantas kemusyrikan— ditarik-tarik menjadi “Islam” yang merangkul kemusyrikan dan merobohkan Tauhid. Yang merangkul kemusyrikan itu dipuji dengan sebutan pluralis, lalu yang tidak merangkul kemusyrikan dicela sebagai tidak pluralis dalam arti negative. Sehingga orang yang tetap teguh memegangi Tauhid dan menolak kemusyrikan justru diberi cap yang negative alias buruk.
Lafal pluralis itu sendiri menjadi rancu, namun justru dalam kerancuan itulah mereka bermain-main di sana. Memang lafal pluralis itu sendiri dapat dimaknakan dua hal, tergantung konteksnya. Kalau dikaitkan dengan pluralitas, mengakui adanya berbagai keyakinan/agama (bukan mengakui sama benarnya, hanya mengakui memang dalam kenyataan ada berbagai agama) maka masih bisa difahami. Tetapi kalau dikaitkan dengan pluralisme agama, menyamakan semua agama, dianggap semuanya akan masuk surga, hanya beda teknis, maka itulah yang berbahaya. Itulah kemusyrikan baru, dosa paling besar. Padahal mereka yang merusak Islam lewat mengotak-atik ayat Al-Qur’an ditafsiri semau mereka ke arah menyamakan semua agama, itulah yang mengaku pluralis dalam arti positif alias baik. Sedangkan, yang mereka usung justru makna yang buruk, berupa kemusyrikan baru, yakni pluralisme agama. Bukan sekadar pluralitas. Sehingga ibarat kata, musang berbulu ayam. Menampakkan diri sebagai yang baik padahal sejatinya sebaliknya. (Mengenai pluralitas dan pluralisme agama, lebih komplitnya bisa dibaca di buku Hartono Ahmad Jaiz, Mengungkap Kebatilan Kyai Liberal, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2010).
Benar-benar terbalik!
Itulah fitnah atau musibah yang menimpa agama (Islam), namun pelaku-pelaku yang menebar bencana itu adalah orang-orang yang mengaku dirinya Islam bahkan duduk di lembaga resmi Islam, bahkan kadang disebut intelektual atau cendekiawan Islam.
Benar-benar kini telah sampai apa yang disebut oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam "Akan datang tahun-tahun penuh dengan kedustaan yang menimpa manusia …”. Kini sudah tiba satu zaman di mana pendusta justru dibenarkan. Hal itu disebutkan dalam hadits:
Dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Akan datang tahun-tahun penuh dengan kedustaan yang menimpa manusia, pendusta dipercaya, orang yang jujur didustakan, amanat diberikan kepada pengkhianat, orang yang jujur dikhianati, dan Ruwaibidhah turut bicara." Lalu beliau ditanya, "Apakah Ruwaibidhah itu?" beliau menjawab: "Orang-orang bodoh yang mengurusi urusan perkara umum." ((Hadits dikeluarkan oleh Imam Ahmad, Abu Ya'la, dan Al-Bazzar, sanadnya jayyid/ bagus. Dan juga riwayat Ibnu Majah no 4026 dari Abu Hurairah. Lihat Kitab Fathul Bari, juz 13 halaman 84, shahih menurut Adz-Dzahabi dalam Talkhish ).
Meniru Kejahatan Yahudi
Tipuan pendusta-pendusta namun dipercaya atau diberi amanah sampai di tingkat pendidikan tinggi Islam dan sebagainya itu didapat atau ditirukan dari tempat belajar mereka ataupun tempat yang jadi sumber fitnah terhadap agama sejak dahulunya. Yakni Yahudi yang telah dikecam oleh Allah Ta’ala karena berbagai watak jahatnya. Di antaranya adalah mengubah atau menyelewengkan kitab suci.
Hal itu telah dijelaskan oleh Allah Ta’ala:
Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan. (QS. Al-Baqarah: 79)
Mereka yang mengikuti keburukan Yahudi itu sudah berani meragukan kemurnian Al-Quran, namun belum mampu dan tidak akan mampu mengadakan Al-Qur’an tandingan. Karena Allah Ta’ala telah menjamin untuk menjaga Al-Qur’an:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (QS. Al Hijr: 09)
Adapun mengubah perkataan dari tempat-tempatnya, maka para pengikut keburukan Yahudi kini telah memutar balikkan maksud ayat-ayat dalam Al-Qur’an. Pendapat mereka (pengikut cara-cara Yahudi) di antaranya adalah pemutarbalikan terhadap pengertian ayat-ayat:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS Al-Baqarah: 62)
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar saleh, Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS Al-Maaidah: 69)
“mereka itu tidak sama; di antara ahli kitab itu ada golongan yang Berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang). (QS Ali ‘Imran: 113)
Juga pendapat mereka bahwa orang agama apa saja selain Islam mendapatkan pahala pula. Itu semua adalah dusta dan sekaligus menentang ayat:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (QS Al-Bayyinah: 6).
Pemutar balikan maksud-maksud ayat tersebut sekaligus memberangus hadits-hadits yang berkaitan dengannya. Belum lagi masalah cara memahami Islam yang mereka tempuh sama sekali tidak merujuk kepada riwayat yang shahih mengenai pengertian ayat-ayat tersebut. Akibatnya, ayat-ayat itu mereka pakai untuk “memasukkan” surga orang-orang Yahudi dan Nasrani, masih pula orang-orang beragama selainnya yang non Islam. Itu semua bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Di samping itu mereka acak-acak pula hukum-hukum Islam tentang pernikahan. Mereka menghalalkan yang haram. Muslimah jelas haram dinikahi oleh orang kafir. Namun mereka halalkan. Itu berarti menentang Al-Qur’an.
Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, Maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka;maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman Maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka... (QS. Al Mumtahanah: 10)
Juga tentang hukum waris Islam. Para perusak Islam antek Yahudi yang kini jadi gerombolan liberal dengan mengusung kemusyrikan baru bernama pluralisme agam itu menjadikan orang kafir untuk bisa mewarisi harta orang Muslim. Contohnya adalah apa yang diusung dalam buku yang disponsori lembaga kafir Amerika terbitan Yayasan Paramadina Jakarta berjudul Fiqih Lintas Agama. (Buku itu telah dibantah oleh Hartono Ahmad Jaiz dengan buku berjudul Menangkal Bahaya JIL & FLA, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, Juni 2004).
Padahal orang kafir jelas diharamkan mewaris harta orang Muslim. Dalam hadits shahih dinyatakan:
Dari Usamah bin Zaid, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang Muslim tidak boleh mewarisi dari orang kafir dan orang kafir tidak dapat mewarisi dari orang Muslim." (Muttafaq ‘alaih).
Singkat kata, mereka menyebarkan faham yang memberi jatah kepada orang Yahudi, Nasrani, kafirin, dan musyrikin (termasuk pula munafiqin) untuk masuk surga. Mereka membolehkan Yahudi, Nasrani, kafirin, dan musyrikin untuk menikahi wanita muslimah. Mereka juga membolehkan Yahudi, Nasrani, kafirin, dan musyrikin untuk mewarisi harta dari Muslimin.
Anehnya, mereka tidak segan-segan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits-hadits, padahal untuk menentang Al-Qur’an dan Hadits.
Seandainya mereka itu agamanya bukan Islam, dan menghembuskan tipuan berbahaya itu atas nama bukan orang Islam, maka untuk menghadapinya relative lebih mudah dalam hal memilah-milahnya. Tetapi ketika mereka berkecimpung di tempat-tempat Islam strategis dan dalam urusan Islam bahkan pendidikan Tinggi Islam, maka betapa rumitnya masalah ini. Sedangkan mahasiswa ataupun masyarakat yang dipengaruhi dan diracuni kesesatan itu rata-rata kemampuannya di bawah mereka. Sehingga tingkat bahayanya itu sangat tinggi dan tidak mudah untuk ditangkal.
Tingkat bahayanya itu kemungkinan sekali sebanding dengan yang dikhawatirkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dari Abu Utsman An Nahdi dia berkata; aku sedang duduk di bawah mimbar Umar dan dia sedang menyampaikan khutbah kepada orang-orang, dia berkata dalam khutbahnya; aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya yang paling aku takuti dari ummatku adalah setiap munafiq yang pandai bersilat lidah." (HR Ahmad nomor 293, dishahihkan Al-Albani dalam As-silsilah as-shahihah nomor 1013, menurut Syuaib Al-Arnauth sanadnya kuat. Dan riwayat Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman nomor 1777).
Semoga Allah Ta’ala menyelamatkan Ummat Islam dari bahaya para perusak Islam yang mewarisi kejahatan Yahudi itu.