Penanganan terorisme oleh Densus 88 menuai kritikan. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Ma’ruf Amin mengatakan hendaknya isu terorisme tidak dijadikan sebagai bahan komoditi.
Demikian dikatakan Kiyai Ma’ruf ketika menerima delegasi Forum Umat Islam (FUI) di Kantor MUI Pusat, Jl. Proklamasi, Jakarta Pusat pada Selasa siang (29/6).
“Kita tidak ingin terorisme jadi projek”, tambahnya.
Ulama yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden (wantimpres) itu juga mengaku sudah mendengar akan dibentuknya sebuah badan yang menanggulangi terorisme secara nasional. “Agar kekuasaan densus tidak tanpa kontrol”, jelasnya.
Sementara itu, terkait kasus Banyuwangi, Ma’ruf Amin berpesan agar tidak ada organisasi Islam yang menjadi korban. Ma’ruf membantah jika ada yang mengatakan bahwa tindakan yang dilakukan oleh masyarakat Banyuwangi sebagai radikalisme.
“Sebenarnya tidak ada radikalisme. Yang ada itu pancingan-pancingan, (terus) kita terpancing”, katanya.
Oleh karena itu Ma’ruf meminta umat Islam agar tidak gampang terpancing. “Karena itu kita harus lakukan koordinasi antargerakan”, lanjutnya.
Selain soal terorisme dan Banyuwangi, pertemuan antara FUI dengan MUI juga membahas soal pornografi. MUI Pusat diwakili oleh sejumlah pimpinan seperti KH. Ma’ruf Amin, Prof. Umar Shihab, KH. Cholil Ridwan, KH. Amrullah Ahmad, KH. Anwar Abbas dan Hj. Tuti Alawiyah. Sementara delegasi FUI antara lain Muhammad Al Khaththath, Munarman, Fikri Bareno, Nurdiakti Akma, Abu Jibril, Shobri Lubis, Iing Sholihin, Natsir Zubaidi, Ahmad Cholid, Abu Saad dan perwakilan ormas-ormas Islam lainnya. (shodiq ramadhan)