View Full Version
Jum'at, 02 Jul 2010

Arsenik Menyerang, Relawan Tak Gentar

Bukan sekedar menyerang Kapal Mavi Marmara, tentara Zionis Israel juga meracuni para relawan dengan arsenik. Tetapi mereka pantang mundur, misi selanjutnya telah disiapkan.

Biadab. Barangkali satu kata itu belum cukup untuk menumpahkan kemarahan kita pada tentara Zionis Israel. Bukan saja mereka telah menyerang armada kemanusiaan Freedom Flotilla, Senin (31/5) yang lalu,  tetapi juga meracuni para relawan dengan menggunakan racun mematikan, arsenik.   

Tiga dari empat relawan Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina (KISPA) dinyatakan positif mengalami keracunan (toksikasi) akibat kelebihan arsen dalam darah mereka. Ketiganya adalah Ferry Nur, Muhendri Muchtar dan Hardjito Warno. Hal itu diketahui setelah mereka melakukan pemeriksaan darah pertama di Rumah Sakit Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta beberapa waktu lalu.

Ketua Umum KISPA Ferry Nur mengakui bahwa kandungan arsen dalam darahnya sebanyak 0, 5071 miligram per liter (mgpl), atau berada di atas normal arsen yang berkisar antara 0,1 sampai 0,25 mgpl. Sedangkan Humas KISPA Hardjito Warno darahnya positif mengandung racun arsenik sebanyak 0,5609 mgpl. Sementara Wakil Ketua KISPA Muhendri Muchtar darahnya mengandung arsenik 0, 4631 mgpl. 
Dari RSPAD, Ferry mendapatkan penjelasan soal dampak dari kelebihan kadar arsen ini. “Kalau dosis tinggi berdampak kematian. Kalau ringan gejalanya di rambut dan kuku rontok,” jelasnya.

Racun ini kemungkinan sengaja dimasukkan pada makanan atau gas yang digunakan tentara Israel. “Indikasinya bisa saja (bahan mengandung arsen) dimasukkan pada makanan dan minuman saat para relawan ditahan oleh tentara Israel,” ujar Ferry.
Kemungkinan lainnya, kata dia, bahan yang mengandung arsenik ini sengaja dimasukkan dalam gas sejenis gas air mata yang digunakan tentara Israel saat menyerang relawan di kapal Mavi Marmara. “Atau memang terhirup dari gas yang dikeluarkan Israel. Itu bukan gas air mata ya. Kalau gas air mata kan pedih, tapi itu tidak,” jelasnya.

Sementara hasil pemeriksaan kedua yang dilakukan hari Jumat (25/6) di RSPAD hasilnya baru bisa diketahui pada hari Senin (28/6). “Wallahua’lam apa hasilnya”, jawab Ferry dari Bali ketika dihubungi Suara Islam, Sabtu sore (26/6). 

Mengenai langkah medis yang dilakukan untuk menghambat dan menurunkan kadar arsen tersebut, Ferry mengaku sudah melakukannya dengan pengobatan alternatif.

“Saya mengikuti cara-cara Rasulullah, dengan melakukan thibbun nabawi. Saya sudah bekam, minum susu kambing, habatussauda’ dan madu”, jelasnya. Upaya yang sama juga dilakukan oleh kedua rekannya, Muhendri dan Hardjito.

Sampai saat ini, ketiga relawan KISPA itu mengaku dalam kondisi baik. Ferry Nur sudah keliling ke berbagai daerah untuk mengisi berbagai acara penggalangan dana untuk Gaza. Demikian pula kedua rekannya. “Saya merasa baik-baik saja. Hanya sedikit kurang fit, mungkin karena baru turun dari kapal saja” jelas Muhendri.

Bahkan ketiga relawan itu juga mengaku sudah siap untuk berangkat lagi. Mereka tak gentar menghadapi racun arsenik maupun serangan-serangan lainnya. Melalui sekretariat DPR, KISPA saat ini sedang mengurus visa agar bisa masuk ke Gaza bersama para anggota DPR yang akan berkunjung ke sana. “Tapi dipersulit, karena DPR melempar ke Deplu, Deplu melempar lagi ke yang lain. Saya tidak tahu rumitnya di mana”, ungkap Ferry.

Israel memang punya rekam jejak dalam meracuni relawan dan aktivis. Menurut anggota Presidium MER-C, Joserizal Jurnalis, sedikitnya ada dua teknik meracuni yang kerap mereka  lakukan. Pertama menggunakan sianida dan kedua menggunakan arsenik.
Sementara itu, media Israel belum banyak menanggapi isu relawan yang diracun ini. Baru laman Haaretz yang mengabarkan bahwa Lembaga Bantuan Kemanusiaan Turki (IHH) menyebarkan berita soal militer Israel yang meracuni para relawan Freedom Flotilla. Belum ada pernyataan resmi dari pemerintah ataupun militer Israel.

Racun Para Raja

Kata arsenik dipinjam dari bahasa Persia, zarnik yang berarti "orpimen kuning". Dalam bahasa Yunani disebut sebagai arsenikon. Arsen, arsenik, atau arsenikum adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol As dan nomor atom 33. Ini adalah bahan metaloid yang terkenal beracun dan memiliki tiga bentuk alotropik; kuning, hitam, dan abu-abu. Arsenik dan senyawa arsenik digunakan sebagai pestisida, herbisida, insektisida, dan dalam berbagai aloi (kombinasi). Orang pertama yang menemukan senyawa ini adalah Albertus Magnus pada tahun 1250.

Secara kimiawi, Arsenik memiliki karakteristik yang serupa dengan fosfor. Bahan ini sering digunakan untuk membunuh. Karena sering digunakan oleh para penguasa untuk menyingkirkan lawan-lawannya dan karena daya bunuhnya yang luar biasa serta sulit dideteksi, arsenik disebut ’racun para raja’, dan ’raja dari semua racun’.

Arsenik membunuh dengan cara merusak sistem pencernaan. Gejala keracunan arsenik mirip orang yang mengalami gangguan pencernaan biasa, yaitu muntah-muntah, diare dan keringat berlebih.
Tercatat beberapa nama tokoh terkena racun ini. Pertama, Raja Perancis Napoleon Bonaparte Kedua, duta besar AS di Italia pada saat Perang Dunia II Clare Booth Luce yang menderita fisikal dan psikologikal sampai peracunan arsenik, namun tidak sampai mati. Terakhir, kasus di peracunan aktivis HAM Munir.

Galang Aliansi

Sementara itu, meski Freedom Flotilla to Gaza akhirnya tidak sampai ke Gaza, para relawan tidak kehilangan semangat untuk terus masuk ke sana. Sejumlah relawan dari Indonesia sudah menyiapkan misi untuk menembus Gaza. Diawali pada hari Rabu (16/6) yang lalu, beberapa LSM dan ormas Islam telah membentuk Aliansi Masyarakat Indonesia untuk Palestina yang diketuai oleh Joserizal Jurnalis.
Menurut Jose, misi yang akan dijalankan adalah pelayaran dari Indonesia dengan menggunakan sebuah kapal Pinisi yang akan dibeli dari Sulawesi. “Kalau bisa pelayaran dikawal oleh TNI Angkatan Laut, kalau pun tidak dikawal AL kita tetap akan berlayar dengan resiko apapun”, ungkapnya optimis.

Rencana pemberangkatan relawan dari Indonesia maksimal dilakukan pada bulan Ramadhan tahun ini. Kapal itu direncanakan hanya akan membawa relawan termasuk sejumlah wartawan, tetapi tidak membawa barang bantuan. “Ini adalah kampanye, syiar agar upaya ini tersebar  ke seluruh dunia”, lanjut aktivis yang telah terjun ke berbagai daerah konflik itu.

Bagi relawan yang ingin mengikuti misi itu disyaratkan bagi mereka yang memiliki visi perjuangan, mental dan fisik yang kuat. “Soal wawasan dan  usia harap diukur sendiri apakah masih mampu mengikuti pelayaran ini”, jelas dokter spesialis bedah tulang itu.

Pelayaran dari Indonesia diperkirakan membutuhkan waktu 20 hari dengan kecepatan kapal 20 knot. Sementara harga kapal diperkirakan sebesar Rp. 2-3 Milyar. Ditambah dengan biaya perjalanan maksimal membutuhkan dana Rp. 5 Milyar.  Saat ini dana yang sudah terkumpul di MER-C untuk pembelian kapal pada periode 1– 16 Juni 2010 sebesar Rp 1,1 M.

Selain itu, Jose juga menegaskan bahwa MER-C tetap konsisten untuk mendirikan Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Menurutnya saat ini dana dan tenaga telah tersedia, yang belum bisa hanya akses masuk saja. “Untuk persoalan rumah sakit, tanpa atau dengan dukungan teman-teman, MER-C akan tetap lanjut. Ini ibadah jihad, bukan ibadah main-main”, tegasnya.

Gaza, kami akan kembali! 
(Shodiq Ramadhan)


latestnews

View Full Version