Mengepung pemerintah Somalia di ibukota Mogadishu, Al-Syabab tinggal menunggu kemenangan. Namun begitu Al-Syabab mencapai kemenangan, dan syariat Islam diterapkan, dipastikan kekuatan internasional akan menghancurkannya.
Konflik Somalia semakin panas, meski belum mendekati titik kulminasinya. Pertempuran sporadis terus terjadi antara pasukan tentara Pemerintah didukung pasukan Uni Afrika (Africa Union) melawan pejuang militan Islam dimotori Al-Syabab Mujahidin dan Hizbul Islam. Kondisi terakhir menunjukkan Al-Syabab terus menekan dan bahkan mengurung pasukan Pemerintah pimpinan Presiden Sharif Ahmed di ibukota Mogadishu.
Pekan terakhir Juni lalu, terjadi pertempuran sengit menggunakan kekuatan missil. Al-Syabab berhasil merebut basis militer pemerintah di distrik Abdel Azis dan Shibis, Mogadishu Utara. Seperti dilaporkan situs arrahmah, Sheikh Ali Mohammed Hussein, Gubernur administrasi Al-Shabaab melakukan konferensi pers untuk para jurnalis dan mengumumkan kemenangan atas pertempuran itu.
Awal Juli, bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Somalia ke-50, pasukan pemerintah melakukan ofensif besar-besaran untuk merebut kembali basis militer mereka. Namun serangan balasan ini gagal karena tembakan artileri pasukan pemerintah kebanyakan tak mengenai sasaran dan meleset kearah perumahan penduduk di distrik Shibis, menewaskan 26 rakyat sipil. Dalam serangan terpisah lima orang termasuk tiga tentara pemerintah tewas ketika sebuah bom pinggir jalan menghantam mobil seorang pejabat tinggi kementerian keuangan di selatan Mogadishu.
Presiden Somalia Sharif Ahmed sangat khawatir dengan kemajuan Syabab Mujahidin. Ia diberitakan, telah meminta bantuan internasional untuk mengatasi kekalahan tentaranya. Permintaan itu disampaikan dalam pertemuan regional 6 negara yang tergabung dalam IGAD (Inter Government Authority Development – Otoritas Antar Pemerintah untuk Pembangunan), yaitu Kenya, Ethiopia, Sudan Djibouti, Uganda dan Somalia. IGAD menjanjikan akan menambah 2000 tentara tambahan menggabung dalam pasukan Uni Afrika di Somalia.
Al-Syabab tentu saja mengutuk rencana tambahan pasukan tersebut. Di kota Beledweyn, Somalia Tengah digelar semacam parade tabligh akbar : "Kini kita bertemu untuk bersatu dan berjuang memerangi mereka, kita akan berperang hingga ajal, hingga kita menaikkan bendera Islam di negara kita dan membentuk negara Islam yang lebih besar," kata Sheikh Yusuf Said Ugas, pemimpin Al-Shabaab untuk wilayah Hiran, Somalia, kepada massa pendukung.
"Perekrutan baru sudah mulai dilakukan di seluruh negeri bagi persatuan jihad melawan musuh yang tujuannya menghancurkan agama dan integritas kita. Saya mendesak kalian semua, pria dan wanita, untuk bangkit dan membela agama kita, membela negara kalian dari kaum kafir penyerbu dan sekutu murtad mereka," kata Sheikh Yusuf Said Ugas.
Agaknya menjadi problem dilematis bagi Al-Syabab, begitu kemenangan dicapai, dapat dipastikan kekuatan internasional, Uni Afrika, PBB dan aliansi Barat akan menyerbu beramai-ramai untuk mematahkan kekuatan Al-Syabab yang diketahui akan menerapkan syariat Islam di Somalia.
Bergabung dengan Al-Syabab
Harakat Syabaab al-Mujahidin lebih dikenal sebagai Al-Syabab sebuah kelompok militansi Islam, pecahan Uni Mahkamah Islam (Gabungan faksi Islam) dalam perang yang sedang berlangsung di Somalia. Kekuatan Al-Syabab kini diperkirakan 3000-7000 orang dan diyakini pada 2009 telah mengendalikan sebagian besar bagian tengah-selatan Somalia.
Dalam pekembangannya, Al-Syabab telah menjelma menjadi kelompok Islam lintas negara. Dominasi pejuang non-Somali amat kuat, terutama yang berasal dari negara-negara Islam seperti, Eritrea, Iran, Libya, Afghanistan, Pakistan, Mesir, Arab Saudi dan negara kawasan Timur Tengah lainnya. Bahkan tidak sedikit pejuang Al-Syabab berasal dari Amerika. Tak heran jika MAerika menuduh Al-Syabab terkait dengan jaringan Al-Qaidah.
Kini banyak kelompok yang bergabung dengan Al-Syabab. Hizbul Islam ( faksi yang menguasai Somalia Selatan) yang tadinya berjuang sendiri, sejak 19 Juni lalu menyatakan bergabuing dengan Al-Syabab. Para remaja dan anak-anak sekolah juga ikut menggabung. Para Guru di Somalia Selatan menengarai separuh anak usia sekolah di Kismayo, kota Pelabuhan Somalia Selatan, adalah anggota Syabab Mujahidin. Bahkan banyak polisi-tentara dan pejabat Somalia kini hijrah menyatu dengan Al-Syabab, karena selama berbulan-bulan tidak menerima gaji.
Campur tangan Amerika
Sejak 1991, Somalia praktis tanpa pemerintahan pusat pasca tumbangnya pemerintahan militer pimpinan Siad Barre. Kekuasaan praktis tersebar di tangan para politikus, suku, dan panglima perang. Pemerintahan sementara yang ada merupakan pemerintahan kompromi bentukan PBB. Ini semua tentu tak lepas dari campur tangan Amerika.
Sejak lama AS memang menaruh perhatian khusus terhadap negara di tanduk Afrika berpenduduk 10 juta jiwa mayoritas Muslim ini. Dulu, pada saat Siad Barre berkuasa, Amerika melakukan penentangan karena Siad Barre yang dekat dengan Uni Soviet.. Maka Amerikapun mengirimkan tentaranya ke Somalia. Kehadiran Amerika mendapat tentangan gigih, dan salah seorang pilot Helikopter Amerika yang tertembak, mayatnya di arak keliling kota.
Agak traumatik maka Amerika setelah Barre jatuh, segera keluar Somalia karena dianggapnya tak ada lagi pertarungan ideologis. Yang terjadi adalah pertarungan antar gangster. Amerikapun tidak begitu peduli lagi dengan Somalia sampai akhirnya milisi-milisi Islam memperoleh berbagai kemajuan.
Campur tangan AS tak lepas dari kecurigaan bahwa kelompok Islam melindungi anggota Alqaidah, dan menuduh kelompok Islam berusaha mengubah Somalia menjadi negara teokrasi seperti yang dilakukan Taliban di Afghanistan.
Syabab Mujahidin muncul sebagai kelompok militan Islam terakhir setelah mengalami berbagai perpecahan dalam Uni Mahkamah Islam. Syabab Mujahidin menolak bergabung dengan pemerintahan Uni Mahkamah Islam yang memunculkan tokoh moderat Syeikh Syarif Ahmed sebagai Presiden Somalia dukungan PBB, Pebruari 2009, meski penerapan Islam diakomodir.
Presiden Somalia, menyetujui gencatan senjata dalam pembicaraan damai tahun 2009 dan menyetujui penerapan syariat Islam guna mengakhiri konflik panjang yang melanda negara itu. Presiden Sharif Ahmed menyatakan, pemerintah tidak akan mempermasalahkan keinginan warga untuk menerapkan syariat Islam. Dengan demikian diharapkan konflik berdarah-darah selama 20 tahun bisa berhentri.
Namun ternyata tak semua faksi Islam setuju. Sebagian kelompok Mahakim Al Islami, yang dipimpin oleh Syeikh Abdul Qadir Ali Umar, Harakah Al Ishlah (Ikhwan Al Muslimun), Harakah Tajammu Al Islami dan Jamaah Ahlu Sunnah wa Al Jamaah adalah 4 faksi menyatakan dukungan kepada Syarif. Sedangkan Harakah As Syabab Al Mujahidin serta Al Mahakim Al Islami wilayah Asmarah, Al Jabhah Al Islamiyah serta Muaskar Anuli, yang bergabung dalam Hizb Al Islami, menentang usulan Sharif.
Kemajuan dan kemenangan Al-Syabab di berbagai front tentu saja mencemaskan Barat terutama Amerika. Maka Amerika mengirimkan tentara bayaran Blackwater atau sekarang telah berubah nama menjadi Xe. Blackwater/Xe telah merekrut banyak orang untuk membantu mereka melakukan pengeboman yang menarget tokoh-tokoh terkemuka dan warga sipil yang tidak bersalah.
Perusahaan asing dari AS merencanakan ledakan untuk menciptakan kekacauan :“Kami telah menemukan adanya plot dari agen-agen rahasia Amerika dalam pengeboman bunuh diri di Mogadishu. Mereka (AS) telah mencoba melakukannya di Aljazair, Pakistan dan Afghanistan. Kami memperingatkan adanya bahaya ini.” tegas Ali Mohammed Rage, juru bicara Al-Syabab
Masalah Perompak
Selain konflik politik, Somalia kini juga terkenal dengan perompaknya. Menurut Biro Maritim,Rata-rata perompak somalia menyerang lebih dari 130 kapal setiap tahunnya, meningkat 200 % dibanding data tahun 2007. Kelompok-kelompok bajak laut Somalia, yang beroperasi di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Asia dan Eropa, memperoleh uang tebusan jutaan dolar dari pembajakan kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden. Patroli angkatan laut multinasional di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Eropa dengan Asia melalui Teluk Aden yang ramai tampaknya hanya membuat geng-geng perompak memperluas operasi serangan mereka semakin jauh ke Lautan India.
Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikanan Puntland Ahmed Saed Ali Nur. Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.
Sementara pemerintah Kenya bersama PBB elah membentuk pengadilan untuk kasus perompakan. Pengadilan dimaksukdan untuk meningkatkan efisiensi pengadilan dalam sistim itu dan memberikan keamanan, lingkungan modern yang sesuai dengan kasus perompakan", kata Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC).
Mei lalu Hizbul Islam telah mengusir bajak laut dari kota Haradhere, salah satu markas perompakan laut. Warga mengatakan beberapa ratus pejuang dari kelompok Hizbul Islam telah mengambil alih kota pesisir Haradhere dan para perompak yang biasanya membajak kapal telah melarikan diri.. Ratusan bajak laut terlihat meninggalkan Haradhere dengan mobil mewah satu jam sebelum Hizbul Islam datang. (msa, dari berbagai sumber)