Belum berhasil menembus Gaza via laut pasca insiden Mavi Marmara, Kamis (15/7/2010) akhirnya Tim MER-C yang terdiri dari 6 relawan dan 4 jurnalis berhasil menembus Gaza melalui Perbatasan Rafah di Mesir. Beberapa pertemuan dengan pejabat di Gaza termasuk Perdana Menteri Ismail Haniya telah dilakukan dan semua menyatakan dukungan penuh mereka terhadap program Rumah Sakit Indonesia. Dua relawan telah kembali ke tanah air, sementara tiga relawan lainnya sudah siap bertugas di Gaza sampai pembangunan RS Indonesia ini selesai.
Keenam relawan MER-C itu dr. Joserizal Jurnalis, SpOT, Ir. Faried Thalib, Dr. Arief Rachman, Ir. M. Baagil, Ir. Nur Ikhwan Abadi dan Abdillah Onim.
Ide pembangunan RS Indonesia tercetus lebih dari satu tahun lalu dengan penandatangan MoU antara Tim MER-C mewakili rakyat Indonesia dengan Menteri Kesehatan Palestina di Gaza, dr. Bassim Naim. PM Palestina Ismail Haniya pun menyatakan dukungannya dan memberikan sebidang tanah waqaf yang berlokasi di Bayt Lahiya, Gaza Utara.
Ide yang awalnya dianggap oleh banyak orang sebagai sebuah mimpi bahkan suatu hal yang mustahil (impossible), untuk dilakukan dengan upaya yang tak surut dan atas izin –Nya akhirnya mulai mendapat dukungan dari berbagai Pihak terutama Pemerintah Indonesia.
Dukungan Pemerintah ditandai dengan pernyataan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, pada saat pertemuannya dengan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas di Istana Negara pada hari Sabtu, 29 Mei 2010 yang menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia akan membantu Rp 20 Milyar untuk Pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza.
Kemudian sebulan berselang, tepatnya Selasa/29 Juni 2010, Ketua DPR RI dan rombongan juga berhasil berkunjung ke Gaza dan melakukan prosesi peletakan batu pertama pembangunan RS Indonesia di Bayt Lahiya.
Setahun lebih berjibaku mengurus perizinan untuk memasuki Mesir dan Jalur Gaza, akhirnya izinpun didapat, Tim MER-C bisa kembali ke Gaza untuk mewujudkan mimpi RS Indonesia yang sudah semakin menuju nyata.
Selama berada di Gaza sejak 15 Juli 2010, Tim MER-C yang diketuai oleh dr. Joserizal Jurnalis, SpOT telah melakukan serangkaian pertemuan dan koordinasi diantaranya dengan PM Palestina Ismail Haniya, Menteri Kesehatan Palestina di Gaza dr. Bassim Naim, Dirjen Kerumahsakitan Kementrian Kesehatan dr. Mohammad Alkasyaf, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Dr. Yousef Muhammad Elmansi, Kepala Departemen Teknik RS Asy Syifa, Fakultas Teknik Sipil Universitas Gaza, Subkontraktor di Gaza serta sejumlah lembaga.
Tim juga segera melakukan pengecekan langsung ke lokasi tanah waqaf di Bayt Lahiya dan melakukan soil investigation yang dibantu oleh Fakultas Teknik Sipil di Gaza untuk mengukur dan menilai kontur tanah.
Dari hasil pertemuan-pertemuan tersebut, rancang bangun RS Indonesia akan membutuhkan beberapa penyesuaian yaitu ruang bawah tanah (basement) dan struktur pondasi untuk 4 lantai. Penyesuaian ini akan membuat perkiraan biaya pembangunan bisa menjadi 2 kali lipat. Kabar yang menggembirakan adalah tersedianya sejumlah bahan bangunan sehingga diharapkan pembangunan Rumah Sakit ini bisa segera dimulai.
Untuk melaporkan progress awal pembangunan RS Indonesia di Gaza, Tim MER-C sudah mengajukan permohon audiensi kepada Presiden RI dan Ketua DPR RI. Sebelumnya, dua relawan MER-C yang sudah keluar dari Gaza, dr. Joserizal Jurnalis, SpOT dan Ir. Faried Thalib, juga sudah menemui Dubes RI untuk Mesir, AM. Fachir, guna melaporkan perkembangan yang terjadi di dalam Gaza dan mengusulkan beberapa hal dalam rangka mempermudah aliran masuk bantuan dan tenaga relawan dari Indonesia menuju Gaza.
Disamping itu, MER-C juga akan terus ikut mengkampanyekan pembukaan blokade atas Gaza. Bersama sejumlah negara dan lembaga. Insya Allah pada bulan Oktober 2010 nanti MER-C, VoP (Voice of Palestine), lembaga yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Indonesia untuk Palestina dan elemen bangsa Indonesia lainnya akan berpartisipasi mengirimkan satu kapal buatan nusantara, yakni “Kapal Phinisi” untuk turut berlayar menembus blokade Gaza melalui Jalur Laut. (MER-C/Shodiq Ramadhan)