View Full Version
Rabu, 18 Aug 2010

Saatnya Panen Kemiskinan

Oleh: Aru Syeif Assadullah (Pemimpin Redaksi Suara Islam)

Menjelang Ramadhan 1431 H ini, cerita kemiskinan mengemuka di sana sini. Tampaknya dengan datangnya Bulan Suci Ramadhan, justru menjadi momentum : Saatnya Panen Kemiskinan. Fakta ironis ini tak bisa  dibendung, sekaligus membuka borok yang selalu ditutupi pemerintah, seolah-olah kemiskinan sudah berhasil dikurangi jumlahnya secara signifikan. Ingat saja pada Ramadhan tahun lalu, terjadi tragedi yang mengerikan di kota Pasuruan, saat ribuan orang penduduk miskin, berebut dalam antrean pembagian zakat di rumah seorang pengusaha sukses. Puluhan orang tewas sangat mengenaskan, hanya karena memperebutkan zakat beberapa ribu rupiah saja.

Drama kemiskinan di bulan Ramadhan niscaya akan melintas kembali pada Ramadhan 1431 H ini. Sejak Juli 2010 lalu Pemda DKI sudah mengumumkan “serbuan” Gepeng alias Gembel dan Pengemis ke ibukota Jakarta akan  ditangkal Satpol PP dengan ketat. Diumumkan pula beberapa tahun terakhir ini, fenomena munculnya Manusia Gerobak yang juga menyerbu ibukota bersamaan datangnya bulan puasa. Manusia Gerobak adalah pengemis, terdiri suami, istri, anak-anak. Sang suami menghela gerobak sampah, sementara istri dan anak-anaknya  naik di atas gerobak yang berjalan tersuruk-suruk di jalanan ibukota. Di tempat tertentu istri dan anak-anak itu diturunkan suaminya untuk beroperasi : mengemis, di pinggir jalan strategis. Siang atau sore harinya suami menjemput istri dan anak-anaknya. Seharian Sang Suami menekuni pekerjaan tetapnya, yakni memulung barang-barang bekas di lokasi akhir pembuangan sampah. Sebulan penuh Manusia Gerobak bekerja keras mengumpulkan uang dan menjelang lebaran mereka kembali ke kampung halaman.

Di tengah hari-hari mencuatnya fakta adanya kemiskinan di Indonesia ini, di Jakarta (3/4) digelar Konferensi MDG (Millenium Development Goal) yakni program PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) untuk mengurangi kemiskinan di berbagai negara Dunia Ketiga. Seharusnya dalam forum MDG itu, ditampilkan fenomena Manusia Gerobak di Jakarta dan kota-kota besar Pulau Jawa, juga Gepeng,  yang sebenarnya menjadi Potret Asli Indonesia. Profil mereka sejatinya menjadi fakta yang harus dipampang dalam konferensi MDG itu. Apalagi target MDG mengurangi kemiskinan di Indonesia dari tahun 2000 sampai 2015  ternyata berhenti di tempat. Dilaporkan malah China berhasil mengurangi kemiskinan dari 452 juta orang menjadi 278 juta orang. Target pengurangan kemiskinan pada 2015 diyakini mengalami kegagalan. Apalagi target yang menyertai program MDG ini yakni mengurangi angka kematian pada kelahiran bayi juga peningkatan kesehatan. Indonesia tampak bersemangat menjadi tuan rumah ditengarai sekadar mengincar pembiayaan program MDG oleh IMF, Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia (ADB). Agar menjadi “pintu” mendapat uang dari  IMF dan Bank Dunia yang kini bagai haram buat Indonesia. Kucuran lembaga multilateral itu tetap saja merupakan hutang yang justru memberatkan Indonesia.

Betapa membosankan kita merinci dengan angka-angka jumlah penduduk miskin  di Indonesia. Dengan standard pendapatan versi Bank Dunia, jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan mencapai di atas 50%. Artinya, jika belum lama ini Jawatan Statistik Pusat baru saja mengumumkan jumlah penduduk Indonesia hampir mencapai 250 juta jiwa, maka penduduk miskin versi Bank Dunia mencapai di atas 125 juta jiwa. Angka yang justru masuk akal dan tercermin dalam laporan ini sejak awal. Ketika musim :Panen Kemiskinan tiba, maka terasa klop data versi Bank Dunia itu dengan angka kemiskinan yang sebenarnya di Indonesia. Pemerintah dari tingkat pusat hingga ke daerah selalu menyembunyikan fakta sebenarnya penduduk miskin di Indonesia, termasuk petugas Jawatan Statistik. Akibatnya ketika Jawatan Statistik Daerah Ngawi Jawa Timur melakukan survei dan pendataan penduduk miskin dan kemudian mengumumkan hasilnya, ratusan penduduk Ngawi (3/4) menghadang dengan demo sekaligus membakar patung ketua Jawatan Statistik Daerah Ngawi, karena dianggap memanipulasi data kemiskinan penduduk Ngawi.

Potret kemiskinan rakyat Indonesia ini bisa disaksikan jika siapa saja, duduk menyaksikan tayangan sejumlah stasiun  televisi yang ada. Satu jam saja seseorang menyaksikan sejumlah acara di TV akan tampil potret kemiskinan yang mengenaskan. Rubrik kriminalitas dari setiap stasiun TV menyajikan betapa penduduk negeri ini menjadi brutal dan sadis karena kemiskinannya itu. Program khusus TV seperti : Minta Tolong, Ganti Nasib, Bedah Rumah juga menggambarkan secara nyata betapa sebagian besar penduduk Indonesia mengidap kemiskinan yang akut. Simak, betapa keluarga yang “Ketiban Pulung” rumahnya dibedah, di ujung cerita keluarga itu menangis yang amat memilukan. Tangis kebahagiaan seorang yang fakir-miskin baru saja mendapat rizki hanya beberapa juta rupiah. Begitu halnya adegan acara Pindah Nasib. Keluarga Si Miskin beberapa hari mengganti posisi Sang Kaya mendiami rumah gedong mereka. Sebaliknya Sang Kaya pindah mendiami rumah reyot Si Miskin. Di ujung cerita Sang Kaya menghadiahi Si Miskin sejumlah barang dan uang, dan terjadilah adegan khas : eksploitasi kemiskinan dan Panen Kemiskinan itu. Karena kemiskinan yang dideritanya itu begitu berurat-akar dalam jiwa rakyat Indonesia, maka acara-acara mimpi kaya yang fantastis sangat digemari. Yakni acara undian-undian berhadiah, kaya mendadak dengan program Super Deal Dua Milyar sangat digandrungi. Mereka terlongong-longong menyaksikan seseorang demikian mudah hanya dipilih sang pembawa acara maju ke arena lalu diberi hadiah segepok uang. Dengan mudah lagi orang dapat hadiah mobil, tamasya ke luar negeri dengan biaya hingga Rp 50 juta. Inilah mimpi orang-orang miskin.

Mengapa bangsa Muslim terbesar di dunia ini didera dengan “azab” kemiskinan demikian akutnya? Padahal Negeri Nusantara bernama Indonesia ini sebenarnya kawasan yang sering di puji sebagai Negeri Zamrud di Khatulistiwa dengan posisi geografi yang paling strategis di dunia, yakni iklim tropika yang akan menikmati panas matahari sepanjang tahun. Wilayah Indonesia yang hampir dua pertiga terdiri perairan dan lautan itu di dalamnya terkandung segala macam ikan, teripang dan mutiara yang bernilai tak terhingga. Letak Indonesia pun diapit dua benua, yakni Benua Asia dan Australia. Juga berbatasan langsung dengan dua Samudera atau lautan yakni Samudera Hindia dan Samudera Atlantik. Segala tumbuhan yang ada di muka bumi, tumbuh subur di negeri ini. Kandungan tambang apapun tersimpan di Bumi Nusantara ini, mulai : Minyak bumi dan gas, emas, perak, tembaga, uranium, batubara, bauksit, timah, dan lain-lain. Jadi segala kebutuhan manusia disediakan Allah Rabul Alamin di negeri ini. Lalu mengapa, sekali lagi mengapa justru negeri ini jatuh dalam kemiskinan yang amat miskin? Sungguh tidak masuk akal. Betapa para sastrawan dan seniman saja menggambarkan : Tongkat dan batu saja kalau ditebarkan di atas tanah akan menjadi tanaman. Lautannya pun terdiri kolam susu yang dihuni oleh ikan-ikan yang jinak dan siap untuk dikonsumsi. Tapi sungguh ironis bangsa ini justru jatuh dalam kemiskinan. Mengapa?

Jawabannya sebenarnya sangat sederhana, yakni karena rakyat negeri ini khususnya para pemimpinnya ingkar terhadap hukum-hukum Allah. Karena pengkhianatannya terhadap ketentuann Allah SWT itulah mereka didera oleh konsekuensi logis yakni menerima azab karena ulah mereka sendiri. Betapa banyak orang sekuler di negeri ini yang justru diakomodir para pemimpin. Nasihat Islam yang berasal dari hukum-hukum Allah selalu dilecehkan. Contoh paling kongkrit adalah orang-orang  menolak sikap Islam yang Anti Pornografi, tapi tatkala dampak pornografi berakibat lahirnya kasus Video porno artis Luna-Ariel-Cut Tari, dan segera menulari generasi muda bahkan anak-anak. Baru semua orang panik. Padahal Islam sudah menetapkan aturan preventif sejak awal yakni wanita diwajibkan mengenakan jilbab,  agar pandangan laki-laki terbatas “menjahili” aurat wanita. Tapi apa kata golongan sekuler? Mereka sinis terhadap jilbab dan memperhinakan dengan kata-kata. Padahal ajaran jilbab, hijab dalam Islam ini terbukti sangat dibutuhkan untuk keselamatan wanita dan juga keselamatan keluarga. Secara empiris hal ini terbukti di Jepang sejak beberapa belas tahun yang lalu. Pemerintah Jepang menerapkan konsep “Hijab” itu bagi penumpang Kereta Metro yang menghubungkan Tokyo ke pelosok kota hingga ke pulau lain. Aturan yang hakikatnya menerapkan konsep “hijab” itu yakni memberi tempat/kereta tersendiri bagi kaum wanita yang acapkali dilecehkan bahkan di perkosa di atas kereta bawah tanah itu.

Fenomena kejahatan Kota Metropolis ini, yakni pelecehan seks terhadap kaum wanita di atas Kereta Rel Listrik (KRL) dan Bus Way bulan lalu mulai mengemuka di Jakarta. Pemda DKI pun kini sudah memutuskan akan memisahkan KRL khusus hanya bisa dinaiki kaum wanita saja dan diberi warna tersendiri. Peristiwa ini hanya menjadi bukti bahwa konsep Islam melindungi kaum wanita dengan hijab niscaya 100% benar. Sayang orang tidak mau mengikuti hukum-hukum Allah yang terbukti niscaya menjadi solusi hidup manusia itu.

Kasus kemiskinan di Indonesia, haqqulyaqin, disebabkan pengingkaran penduduk dan pemimpinnya atas hukum-hukum Allah SWT. Selebihnya niscaya disebabkan pula mereka telah Kuffur-Nikmat.  Dalam Firman-Nya, Allah menegaskan : Apabila engkau mau mensyukuri nikmat Allah, niscaya Allah akan menambah nikmat itu. Sebaliknya jika engkau kuffur-nikmat, maka Allah justru akan menurunkan azab yang pedih. Kemiskinan di Indonesia hanyalah azab yang turun dengan sendirinya karena telah terjadi kuffur nikmat.
Wallahu a’lam bishawab!


latestnews

View Full Version