Setelah sebelumnya masjid Al – Ikhlas Hubdam I/BB dan masjid At Thayyibah dirobohkan kini menyusul kasus yang amat memilukan yaitu pembakaran masjid Fiisabilillah di Desa Lumban Lobu, Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) pada Jumat 27 Juli lalu. Ketiga masjid tersebut sama-sama terletak di provinsi Sumatra Utara. Kini isu perobohan dan pembakaran masjid semakin membesar bak Bola Salju.
Masjid Fiisabilillah Dibakar
Bahwa mesjid tertua di wilayah yang pada zaman kolonial dikenal dengan Toba Holbung itu dibakar, adalah fakta Tapi, sampai saat ini tidak ada yang bisa memastikan siapa pelaku pembakaran. Hingga saat ini masih terlihat jelas di lokasi sisa puing-puing bangunan kayu yang terbakar.
Mesjid yang kini memiliki jemaah sekitar 12 kepala keluarga ini hanya berjarak sepelemparan batu dari pinggir jalan lintas barat Sumatera, sekitar 4 kilometer di utara kota kecil Porsea. Kota Porsea dibelah Sungai Asahan, satu-satunya outlet Danau Toba nan indah.
Posisinya terpisah dari pemukiman yang ramai dan berada di areal persawahan. Hanya ada satu warung di dekatnya, persis di seberang, di tepi jalan lintas Sumatra. Mesjid tak dialiri arus listrik dan gelap pada malam hari (kemungkinan dibakar sangat besar). Di depannya ada jalan berbatu yang cukup dilalui kenderaan roda empat menuju perkampungan Silombu Bagasan, yang tak begitu ramai.
Kejadian itu berlangsung pagi dini hari. mesjid sudah dibakar. “Kami yakin terbakarnya masjid Fiisabilillah tersebut cenderung tindak kejahatan, karenanya Poldasu perlu mengusut tuntas dan menangkap para pelaku pembakaran rumah ibadah itu”, kata Ketua Umum DPP PBI Prof DR H Abdul Muin Sibuea, MPd kepada pers di Medan, Rabu (4/8).
Mesjid Fiisabilillah didirikan Syekh Haji Muhammad Said Sukur Tambun, diperkirakan pada akhir abad 19 sampai awal abad 20. Syekh dikenal pengikutnya sebagai tokoh yang memiliki ilmu agama yang tinggi, walau tak memiliki pendidikan formal. Dahulu kala, menurut cerita yang pernah mereka dengar, ia ikut memadamkan api ketika kota Mekkah terbakar. Kala itu, dia sedang berada di Tanah Toba, cukur rambut. Tapi, tiba-tiba dia punya firasat buruk dan “menghilang” secara gaib ke Mekkah. Syekh wafat tahun 1950. Dia dikubur di samping mesjid bersama beberapa kerabat lain
Pembakaran masjid dan perampasan atas hak-hak kaum muslimin selalu luput dari pemberitaan media, dan orang-orang yang selalu mengklaim diri sebagai pejuang HAM.