Bulan-bulan terakhir ini kita sangat prihatin dengan kelakuan media massa yang mengidap Islamophobia yang memaksakan opini issue toleransi dan kebebasan beragama. Opini itu menuduh seolah-olah umat Islam anti toleransi dan anti kebebasan beragama. Tuduhan ini jelas salah dan jauh dari fakta yang sebenarnya.
Faktanya justru selama ini umat Islam terlalu toleran. Sekalipun umat Islam Indonesia merupakan mayoritas mutlak di Indonesia, hampir 90%, namun terbukti tidak pernah memaksakan kehendak dan aspirasinya kepada kelompok lain. Bahkan penghargaan kepada kelompok-kelompok minoritas yang dibuat berdasarkan keputusan pemerintah, tidak pernah ditentangnya. Mulai dari dicoretnya 7 kata dalam Piagam Jakarta yang menghapuskan pelaksanaan syariat Islam oleh negara yang diberlakukan walau hanya khusus untuk umat Islam hingga masalah hak libur Nasrani yang diberikan hampir setara penganut Islam.
Toleransi yang begitu besar itu tidak pernah diberikan oleh keompok mayoritas di negara manapun, termasuk negara kampiun demokrasi nomor satu di dunia, AS.
Namun semakin ke sini, sikap kaum minoritas semakin ngelunjak. Dengan jaringan politik dan media massa yang mereka miliki, kasus HKBP mereka blow up sedemikian rupa sehingga menjadi serangan opini dan politik yang menyakitkan umat Islam. HKBP terzalimi di saat Idul Fitri, umat Islam anarkis dan sadis. Umat Islam criminal dan harus ditangkap, PBM nomor 8/9 tahun 2006 sebagai biangkerok yang mengekang kebebasan beragama harus dicabut.
Pemberitaan yang memutar balikkan fakta dan merupakan serangan massif dan sampai taraf keterlaluan yang dilakukan media-media pengidap penyakit Islamophobia membuat siapapun muslim yang peduli kepada kehormatan Islam dan umatnya akan merasa muak!
Anehnya pemberitaan mereka tidak ada cover both side yang menyeimbangkan berita. Bahkan dua kali aksi besar umat Islam yang melibatkan tokoh dan massa ribuan umat Islam menolak arogansi HKBP, yakni di Bekasi (Jumat, 17 september 2010) dan di Jakarta (Jumat, 24 September 2010) tidak mereka siarkan. Padahal aksi gerombolan liberal dan anak-anak Kristen yang jumlahnya hanya sekitar seratus orang mereka blow up!
Sepertinya ada konspirasi untuk membungkam umat Islam. Sehingga, umat Islam tentunya bertanya-tanya apa sesungguhnya yang terjadi di negeri yang mayoritas muslim ini?
Sikap tidak adil media ini mengingatkan saya pada konferensi pers yang digelar FUI di kantor MER-C beberapa waktu lalu untuk mengungkap kasus pembagian uang dan al Kitab (Injil) oleh misionaris dari AS kepada rakyat muslim yang sedang tertimpa musibah di Padang Pariaman pada pasca gempa yang jelas-jelas merupakan pelanggaran terhadap SKB Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri nomor 1 tahun 1979 tetang tata cara penyiaran agama. Mereka tak mau menyiarkan walaupun dari segi berita, tentu itu sangat akurat, karena kita putarkan film rekaman peristiwa tersebut. Di sinilah kita yakin bahwa tidak ada pers yang tidak memihak.
Oleh karena itu, ketika menghadiri undangan silaturrahmi halal-bihalal di kantor Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia (DDII) pusat, tatkala Ketua Umum DDII, KH. Syuhada Bachri, dengan senyum prihatin mengatakan wah acara kita gak ditayangkan, saya katakan kepada beliau itulah kalau kita ga punya TV sendiri.
Maka dari perbincangan saya dengan salah seorang pengurus DDII dan Ketua Presidium MER-C, dr. Sarbini, saat beramah-tamah dalam acara tersebut tercetus tekad untuk mendirikan TV-Islam. Keinginan ini memang sudah lama ada, dan usulan- usulan seperti itu juga sudah banyak kita dengar dan juga disampaikan oleh pembaca Suara Islam. Namun perkembangan akhir-akhir ini memang mengharuskan kita untuk punya TV-Islam.
Oleh karena itu, saat menyampaikan taushiyah Halal-Bihalal FPI Wilayah Bekasi di Islamic Center Bekasi pada hari Ahad, 26 September 2010 lalu, beberapa jam setelah silaturrahmi di DDII tersebut, saya lontarkan ide untuk mendirikan TV-Islam itu kepada massa umat dan disambut dengan antusias.
Dan alhamdulillah Ketum DPP-FPI Al Habib Muhammad Rizieq Syihab yang juga hadir dan memberi taushiyah menyambut baik ide untuk segera mendirikan TV-Islam tersebut bahkan bersedia menjadi bintang iklan untuk mengajak umat mewujudkan ide mulia itu.
Mudah-mudahan dengan upaya mendirikan TV-Islam, proses konsolidasi umat, baik dari segi konsolidasi aqidah dan pemikiran umat, konsolidasi tsaqafah dan ma’arif Islamiyah umat, konsolidasi perasaan berjamaah dan ukhuwah Islamiyyah umat, serta konsolidasi gerak dan langkah siyasah umat bisa dibangun dengan lebih baik. Tegur sapa dan sumbangan pemikiran serta hal-hal lain yang berkontribusi untuk menyempurnakan konsolidasi umat sangat kami tunggu.
Wallahu ghaalibun ala amrihi walaakinna aktsaran naasi laa ya’lamuun!
Jakarta, 18 Syawal 1431H
Muhammad Al Khaththath