Khutbah Ad Dakwah94
Saatnya Ahmadiyah Dibubarkan
Kaum muslimin rahimakumullah,
Ahmadiyah bikin ulah lagi. Setelah kasus Kuningan beberapa waktu lalu, baru-baru ini kabarnya Ahmadiyah Ciampea menusuk seorang pemuda kampung sekitar pemukiman mereka yang menyulut kemarahan masyarakat sehingga menyerbu mereka.
Oleh karena itu, wajarlah kalau ada tuntutan-tuntutan untuk membubarkan Ahmadiyah atau memberi status minoritas non muslim bagi Ahmadiyah.
Terhadap tuntutan terakhir ini, juru bicara Ahmadiyah Pontoh menolak dengan alasan bahwa agama tidak bisa dibuat begitu saja oleh manusia, tapi merupakan ketentuan Tuhan dan mereka akan tetap menganut agama Islam.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Ahmadiyah ini memang tidak tahu diri. Beraninya bicara bahwa agama adalah ketentuan Allah dan bukan buatan manusia. Sementara mereka meyakini dan ngotot menganut agama buatan nabi palsu Mirza Ghulam Ahmad. Mereka sudah pernah menandatangani 12 butir pernyataan, namun dengan mudah mereka ingkari setelah mendapatkan angin dari gerombolan liberal, khususnya butir mereka tidak lagi menyebut Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi, tapi hanya sebagai guru, mursyid, dan mujadid. Padahal itu poin andalan Bakorpakem untuk membimbing Ahmadiyah kembali ke jalan yang benar sesuai fatwa MUI 2005. Bahkan terang-terangan mereka mengatakan mereka meyakini Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi.
Anehnya, sekalipun nyata-nyata murtad dengan poin tersebut, mereka ngotot bahwa mereka tetap muslim dan tidak menyimpang dari ajaran Islam. Mereka mengatakan bahwa perbedaan mereka dengan umat Islam tentang hal itu cuma khilafiyah, beda penafsiran.
Mereka mendasarkan keyakinan mereka kepada firman Allah:
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh…”(QS. An Nisa 69).
Ahmadiyah mengartikan ayat di atas bahwa siapa saja yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya akan menjadi salah satu dari yang empat, yaitu bisa menjadi Nabi, bisa menjadi shiddiqin, syuhada, atau shalihin. Dan Jemaat Ahmadiyah, meyakini Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi.
Tentu saja itu “penafsiran” batil, aneh dan mengada-ada. Sebab, Rasulullah saw. sendiri yang membawa Al Quran tersebut menyatakan bahwa beliau adalah sebagai penutup para nabi dan tidak ada nabi lagi setelah beliau (lihat HR. Ahmad, Tirmidzi, Abu Dawud, Bukhari). Juga ketika ada sejumlah orang yang hidup di masa beliau saw. mengaku sebagai nabi dan rasul selain beliau, seperti Musailamah, beliau mencap Musailamah sebagai tukang bohong (al kaddzab).
Rasulullah saw. bersabda:
Sungguh akan ada di kalangan umatku 30 orang pendusta yang masing-masing mereka itu mengaku dirinya seorang nabi padahal aku adalah penutup para nabi dan tidak ada nabi sesudahku (HR. Sunan Abu Dawud Juz 4/157).
Kaum muslimin rahimakumullah,
Rasulullah saw. tidak membenarkan pengakuan Musailamah dkk. Seandainya Rasulullah saw. memaknai ayat di atas seperti orang-orang Ahmadiyah, tentulah Rasulullah saw. mengakui Musailamah dkk. sebagai nabi pula selain beliau saw.
Bahkan Rasulullah saw. menghukumi para pengikut Musailamah sebagai orang murtad yang layak dihukum mati jika tidak mau bertobat. Dan di masa Khalifah Abu Bakar Shiddiq r.a. dilakukan pembersihan besar-besaran di Jazirah Arab terhadap orang-orang murtad, yakni para Nabi palsu dan puluhan ribu pengikutnya yang bersekutu dengan kaum Arab yang menolak membayar zakat, yang murtad karena mengingkari salah satu rukun Islam. Khalifah mengirim 11 divisi pasukan bersenjata untuk memberikan ultimatum kepada mereka. Mereka diminta bertobat, agar kembali kepada Islam, ruju’ ilal haq. Yang menolak diperangi (lihat Imam Ibnu Katsir, Al Bidayah wan Nihayah).
Alhamdulillah dengan ketegasan sikap Khalifah Abu Bakar Shiddiq r.a., akhirnya masalah kaum murtad bisa diatasi tuntas dan cepat. Sebagian mereka tewas, dan sebagian besar lainnya kembali kepada jalan yang benar. Allahu Akbar!
Kaum muslimin rahimakumullah,
Sudah berkali-kali para ulama dan para pimpinan umat Islam di Indonesia menuntut pemerintah Indonesia, wabil khusus presiden SBY agar tidak ragu-ragu melaksanakan kewenangannya berdasarkan PNPS Nomor 1 Tahun 1965 tentang pencegahan penyalahgunaan dan atau penodaan agama. Dan agar beliau tidak perlu terpengaruh oleh suara-suara kaum kafirin, munafiqin, dan murtaddin di dalam rangka melindungi aqidah umat Islam yang wajib dia lindungi sebagai pemimpin rakyat muslim.
Kita juga sudah mengingatkan kepada Presiden SBY bahwa fungsi penguasa muslim menurut baginda Rasulullah saw.:
“Imam adalah laksana perisai, umat diperangi di belakangnya, dan berlindung kepadanya”. (Sahih Al Bukhari X/114).
Oleh karena itu, kita mendukung pernyataan Menteri Agama Surya Darma Ali yang baru-baru ini mengatakan Ahmadiyah harus dibubarkan. Kepada wartawan di Medan beliau (11/10) berkata : "Pembubaran adalah langkah terbaik agar seluruh proses penyesatan ajaran Islam bisa dihentikan. Selain itu, pembubaran juga dapat menghentikan konflik sosial yang mengancam setiap saat asal tidak dipandang dari sisi negatif," tambahnya lagi” (liputan6.com).
Kita berharap pernyataan Menteri Agama itu ditindaklanjuti secara konkrit dengan mengajak Menteri dalam negeri dan Jaksa Agung sebagai pihak yang mengeluarkan SKB Pelarangan Ahmadiyah untuk membuat rekomendasi kepada Presiden agar segera dikeluarkan Keppres yang melarang ajaran Ahmadiyah yang sesat dan menyesatkan serta membubarkan organisasi Ahmadiyah yang memalsukan agama Islam, kumpulan kaum murtad dan memurtadkan. Memang sudah saatnya Ahmadiyah dibubarkan!
Kaum muslimin rahimakumullah,
Selanjutnya, pemerintah bersama ulama dan pimpinan umat Islam harus segera bertemu menyusun langkah strategis untuk menghadapi rongrongan kaum murtaddin, liberal, dan munafiqin serta kafirin yang pasti tidak ridlo kepada pembubaran Ahmadiyah.
Kita yakin rongrongan mereka hanyalah dalam rangka hendak menutupi cahaya agama Allah SWT. Tapi Allah akan memenangkan agama-Nya dan menolong mereka yang menolong agama-Nya.
Sebagaimana firman-Nya:
Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayanya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.(QS. At Taubah 32).
Juga firman-Nya:
Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad 7).
Baarakallah lii walakum