View Full Version
Kamis, 21 Oct 2010

Non-Muslim Di Tubuh PKS

Nonmuslim Menjadi Pengurus PKS di Konawe. Itulah berita yang dirilis kantor berita Antara, Kamis (21/10/2010). Berita itu diunggah pada pukul 07:58 WIB. Hingga pukul 12.30 WIB saja, berita itu sudah dibaca sebanyak 1308 kali. Rupanya berita itu cukup menarik bagi pembaca.

Atau bahkan bagi orang tertentu bisa jadi mengagetkan. Maklum, karena sedari awal masyarakat tahunya partai ini adalah partai Islam dan partai dakwah.

Berita tentang 'keanehan' perilaku Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memang selalu menarik minat pembaca. Mulai dari deklarasi menjadi partai terbuka, munas di hotel mewah, koalisi dengan sejumlah partai sekuler pilpres dan pemilu kada, kepengurusan non muslim, hingga tersiarnya kabar ada dua faksi di tubuh partai 'anak pengajian' itu. Faksi Keadilan dan Faksi Kesejahteraan. Bahkan statemen Sekjen PKS, Anis Matta tentang pembelaannya terhadap Ahmadiyah juga cukup menjadi perhatian sejumlah media Islam.

Tanggapan pembaca mengenai berita masuknya non muslim menjadi pengurus PKS memang beragam. Di salah satu akun facebook terpampang komentar-komentar yang cukup 'nylekit'. Ada yang berkomentar singkat, "memprihatinkan". Ada juga yang menyindir, "karena yang muslim udah gak mau diajak, ha..ha.." atau "itu mah dah biasa di daerah Indonesia timur... dan mereka sudah nyaman dengan kondisi itu".

Ada pula yang menanggapi cukup serius, "Kalau yang begitu dianggap biasa, buat apa pake asas Islam, partai Islam seharusnya memperjuangkan syariat Islam". Bahkan seorang aktivis ormas Islam berkomentar, "dengan masuknya pengurus Partai yang non-Muslim semakin nggak jelas cita-cita partai itu, berarti cabut aja 'asas Islam' nya. Buang aja jargon 'partai dakwah' nya. Nyatakan jelas pada umat Islam agar tidak ada yang tertipu".

Di lain pihak, ada juga yang pernyataan bernada membela. Pembelaan mereka rata-rata dengan kalimat apologis, "tabayun akhi". Atau dengan nada husnudzan, "gak apalah. syukur bisa jadi mualaf". 

Ya begitulah PKS. Hari ini kantor berita Antara memberitakan bahwa sejumlah warga nonmuslim di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, telah menjadi pengurus Dewan Pimpinan Ranting (DPRa), karena relatif minimnya minat umat Islam menjadi pengurus PKS di desa bersangkutan. Kebetulan desa yang dimaksud penduduknya dominan oleh trasmigran dari Bali yang beragama Hindu dan Budha. Hal ini diakui sendiri oleh Ketua DPW PKS Sultra, Muhammad Poli.

"Saya pernah bertemu langsung dua orang Hindu dan Buddha yang menjadi pengurus PKS di tingkat desa di Kabupaten Konawe," katanya.

Bagi Poli, masuknya non muslim menjadi pengurus partainya tidaklah menjadi masalah. Karena telah sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang menetapkan PKS sebagai partai Islam yang terbuka. Ia juga berharap masuknya non muslim ke tubuh PKS dapat memperbesar partai itu. Bahkan dengan bangganya ia membeberkan fakta bahwa di berbagai daerah banyak juga anggota DPRD dari Fraksi PKS yang non muslim.

"Di Bali dan Nusa Tenggara Timur, banyak anggota DPRD dari Fraksi PKS yang nonmuslim," ucapnya. "Bagi kami, semua orang mempunyai hak untuk berbuat baik dan memberi sumbangsih kepada masyarakat, tanpa membedakan agama, suku, ras dan antargolongan," lanjut anggota DPRD Sultra ini.

Di sisi lain Ia mengakui bahwa proses pengaderan melalui tarbiyah yang dilakukan PKS masih terbatas bagi kaum muslim dan belum bisa diselenggarakan pembinaan agama bagi nonmuslim.

Sebelumnya, pada bulan Juni 2010 lalu pernah juga diberitakan bahwa PKS wilayah Papua memiliki sejumlah anggota DPRD yang bukan muslim. Bahkan, sejumlah pengurus Dewan Pimpinan Daerah (setingkat kabupaten/ kota) juga diisi kader nonmuslim. Hal itu diakui oleh Ketua DPW PKS Propinsi Papua, Ichwanul Muslimin. Ia mengakui ada sebelas orang kader PKS non muslim yang menjadi anggota DPRD tingkat kabupaten.

“Tidak ada masalah walau mereka nonmuslim, dan kami pun sama sekali tidak menariknya untuk menjadi muslim. Yang kami tekankan pada seluruh kader adalah, jika seorang muslim jadilah muslim yang baik dan taat, dan jika seorang kristen jadilah kristiani yang taat,’’ ucapnya.

Menurut pengakuan Muslimin, PKS Papua lah yang lebih dulu membuka diri kepada kader-kader non muslim, sebelum wacana di tingkat nasional digulirkan. “Kami sudah jauh lebih dulu membuka diri terhadap kader yang nonmuslim," ujarnya bangga.  PKS akhirnya membuka diri untuk semua kalangan pada Munas ke-2 di Hotel Ritz Carlton pada Juni 2010 lalu. Bahkan waktu itu, Ketua Majelis Syuro Hilmi Aminudin mempersilahkan 'bintang vcd porno' Ariel Peterpan dan Luna Maya untuk bergabung dengan partainya.

Muslimin tidak menganggap duduknya belasan non muslim sebagai Aleg PKS sebagai sebuah persoalan. Karena menurutnya kader-kader partai yang terpilih duduk di legilatif  pada akhirnya bukan lagi mengurusi partai namun sudah mengurus rakyat.

“Duduk di Parlemen kan sudah mengurusi negara, bukanlah mengurusi kelompok pengajian, jadi sebenarnya kader partai, baik itu muslim maupun  nonmuslim harus dipandang sama," ujarnya.

Pernyataan Muslimin itu diperkuat oleh Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq. Menurut Luthfi sebenarnya dari awal partainya sudah terbuka bagi nonmuslim.

"Sebenarnya di PKS, sejak 1999, pengurus yang non muslim sudah ada dan itu tidak dituntut mengucapkan dua kalimat syahadat," katanya. Alasannya, "Sebab Allah saja memberi kebebasan dalam memilih keyakinan," ujarnya.

Lunturnya ideologi PKS ini merupakan korban dari strategi politik yang dijalankannya. Rupanya, tiga kali mengikuti pemilu telah cukup bagi PKS untuk mengubah strategi dari partai yang 'ideologis' menjadi partai yang lebih pragmatis. Targetnya perolehan suara pada pemilu dapat ditingkatkan. Meskipun pada faktanya keinginan itu tidak tercapai. Betul perolehan kursi di DPR naik, tetapi perolehan suara pada pemilu 2009 lalu ternyata lebih rendah dari pemilu sebelumnya.

Mau Kemana PKS?

Sebenarnya, dalam kaca mata Islam bolehkah orang kafir menjadi anggota bahkan pengurus dari sebuah partai Islam?. Pertanyaan ini dijawab secara lugas oleh Aktivis Hizbut Tahrir Indonesia, M. Shidiq Al Jawi. Menurut Shidiq, secara syar'i tidak boleh sebuah partai Islam menerima keanggotaan non muslim. Ia mendasarkan pendapatnya dari Surat Ali Imran ayat 104.

"Terkait ayat ini, Syaikh Abdul Hamid Al-Ja'bah berkata, "Kata "minkum" [di antara kamu] pada ayat di atas melarang sebuah kelompok atau partai dari keanggotaan non Islam, dan membatasi keanggotaannya pada muslim saja", tulis Shidiq dalam akun facebooknya.

Alasan kedua, amar makruf nahi munkar adalah ciri khas umat Islam. Tidak mungkin aktivitas amar makruf nahi munkar akan dijalankan olehh non muslim.  "Orang non Islam, khususnya Yahudi, tidak saling melarang berbuat munkar di antara mereka, dan orang munafik bahkan menyuruh yang munkar dan mencegah dari yang ma'ruf", jelasnya.

Shidiq juga membantah alasan pluralitas dan Islam sebagai rahmatan lil alamin digunakan sebagai dalil pembenar boleh masuknya non muslim sebagai anggota partai Islam. "Dalil-dalil ini tidak sesuai dengan tema (maudhu’) yang dibahas", cetusnya.

Boleh dan tidak boleh secara syar'i mungkin sudah bukan lagi pertimbangan yang harus diperhtikan bagi PKS. Toh, sebagaimana kata Presiden PKS, masuk PKS tak harus bersyahadat. Tapi anehnya, kemana-mana hingga saat ini partai ini masih mengaku sebagai partai Islam dan partai dakwah. Partai yang ingin terus memperjuangkan aspirasi umat Islam. Itulah pengakuan sejumlah pengurus teras DPP PKS saat mengunjungi kantor Dewan Dakwah beberapa waktu yang lalu.

Masalahnya, bila pengurus dan alegnya saja non muslim, aspirasi umat Islam yang mana yang akan diperjuangkan?. Lebih-lebih kita pun patut bertanya, dakwah apa yang akan disampaikan?. Yang ada malah umat malah akan semakin bertanya-tanya, mau kemana PKS?. Dalam bahasa pengamat politik dan militer Y. Herman Ibrahim, ”Fa-aina Tadzhabun” PKS?.

(shodiq ramadhan, dari berbagai sumber)


latestnews

View Full Version