New York (SI ONLINE) - Syeif al-Islam dan Saadi, dua orang anak pemimpin Libya Muammar Khaddafi, dilaporkan tengah menyusun rancangan pengalihan kekuasaan bapaknya untuk membantu menyelesaikan konflik Libya.
Pejabat Libya yang dekat dengan kedua anak Khaddafi tersebut menyatakan kepada New York Time, Senin (4/4/2011) bahwa : “Syeif dan Saadi ingin bergerak menuju perubahan untuk negara”.
Merasakan tekanan pemberontakan rakyat melawan rezim ayah mereka, dua anak Muammar Gaddafi memperjuangkan proposal untuk ayah mereka meninggalkan kekuasaan. "Mereka telah memukul dinding bata begitu banyak dengan pengawal lama, dan jika mereka memiliki lampu hijau, mereka akan membawa negara ini dengan cepat," kata pejabat itu.
Koran AS tersebut melaporkan bahwa masa transisi akan dipelopori oleh salah satu anak Qadhafy, Seif al-Islam el Qadhafy. Tidak jelas apakah Kolonel Qadhafy (68) sudah menyetujui usul yang didukung anaknya sendiri itu, Seif dan Saadi el-Kadhafi.
Tetapi, seseorang yang dekat dengan anak-anak Qadhafy mengatakan sang ayah tampaknya ingin berperan serta. Kedua anak Qadhafy itu "ingin bergerak ke perubahan bagi negara" tanpa ayah mereka, lapor The Times mengutip salah seorang yang dekat dengan Seif dan Saadi.
Menurut The Times, gagasan itu mungkin mencerminkan perbedaan pendapat di antara anak-anak Qadhafy yang sudah terjadi sejak lama. Jika Seif dan Saadi condong ke ekonomi gaya Barat dan politik terbuka, anak-anak Qadhafy lainnya Khamis dan Mutuassim dianggap sebagai kaum garis keras.
Khamis memimpin milisi pro-pemerintah, sementara Mutuassim, seorang penasihat keamanan nasional, sudah dianggap sebagai pesaing Seif dalam kompetisi utnuk menggantikan ayah mereka.
Salah satu anak, kata pejabat itu, telah mengatakan berulang kali bahwa "keinginannya melakukan pemberontakan itu sendiri." Masih belum jelas apakah rencana tersebut didukung oleh Gaddafi, 68 yang telah menghadapi krisis politik terburuk sejak berkuasa 42 tahun yang lalu.
Rencana yang diusulkan ini memberikan sekilas dinamika internal keluarga Gaddafi pada saat pemimpin Libya menghadap perpecahan di dalam lingkaran dekatnya. Pekan lalu, menteri luar negeri Moussa Koussa membelot rezim Gaddafi, yang terisolasi oleh kudeta berusaha pembersihan internal.
The Guardian melaporkan pada hari Jumat bahwa putra Gaddafi telah menyusun rencana yang akan mencakup mengakhiri kekuasaan ayah mereka. Berdasarkan program itu, putra Gaddafi Mutassim, yang adalah penasehat keamanan nasional negara itu, akan menjadi presiden dari sebuah pemerintah persatuan nasional sementara. Pemerintahan ini akan mengakomodir kelompok oposisi.
Bergegas untuk menyelamatkan rezimnya, Gaddafi mengirimkan seorang utusan ke Yunani pada hari Minggu untuk membahas cara-cara mengakhiri pertempuran. "Tampaknya bahwa pihak berwenang Libya sedang mencari solusi," Kata Menteri Luar Negeri Dimitris Droutsas kepada wartawan, seperti dikutip Reuters. Yunani telah menikmati hubungan baik dengan Gaddafi untuk beberapa tahun.
Tidak ada indikasi apa yang mungkin Tripoli tawarkan - di luar keinginan untuk menegosiasikan - untuk mengakhiri perang di garis depan di kota minyak timur Brega. Khaddafi sebelumnya mengirimkan utusan ke London untuk membicarakan pengalihan kekuasaan. Menurut seorang pejabat Libya, utusan mempresentasikan proposal untuk Seif putra Gaddafi mengambil alih kekuasaan dari ayahnya.
Tapi pembicaraan tentang usulan baru untuk mengakhiri kekuasaan Khaddafi, tetap buntu. Seorang diplomat akrab menanggapi usulan tersebut mengatakan kepada NY Times bahwa diskusi masih dalam tahap awal. Dia mengatakan Khaddafi tetap pada posisinya bahwa pemberontakan terhadap rezim itu adalah konspirasi asing radikal Islam dan kekuatan Barat yang lapar minyak mencoba untuk mengambil alih Libya.
Kekuatan oposisi juga tetap pada tuntutan mengakhiri kekuasaan pemimpin Libya Muammar Khaddafi.. "Ini adalah posisi awal oposisi, dan ini adalah posisi awal dari pemerintah Libya," kata diplomat.