View Full Version
Senin, 06 Feb 2012

Iran Lawan Amerika, Itu Dagelan Saja!

Senin, 06 Februari 2012 | 09:27:53 WIB

Jakarta (SI ONLINE) - Diakui atau tidak, saat ini banyak kalangan umat Islam yang terperdaya oleh sandiwara perlawanan Iran kepada Amerika Serikat. Terutama kini, saat Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz. Tetapi, benarkah ancaman ancam mengancam antara Iran versus AS itu akan menjadi kenyataan?.

"Itu hanya dagelan saja", kata penulis buku-buku konspirasi dan ahli Freemasonry, Rizki Ridyasmara, saat menjadi pembicara dalam diskusi "Menyingkap Tabir Syiah" di Masjid Baitul Karim, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Ahad (5/2/2012).

Menurut Rizki, kalangan yang mengelukkan Iran sejatinya mereka telah terperdaya oleh media-media Barat. Padahal media-media Barat itu sendirilah yang selama ini membesar-besarkan presiden Iran, Ahmadinnejad. Buktinya, saat Ahmadinnejad berpidato di Universitas Harvard, media AS meliput dan menyiarkan langsung pidato tersebut. "Padahal selama ini tidak ada Presiden yang diperlakukan seperti itu", lanjut Rizki.

AS dan Iran, kata mantan aktivis kiri itu, saat ini hanyalah memainkan peran 'polisi jahat' dan 'polisi baik'. Polisi Jahat, kata Rizki, dimainkan oleh AS sedangkan 'Polisi Baik' dimainkan oleh Iran. "Mereka seolah-olah mau perang, padahal sebenarnya 'cincai'", ungkap mantan wartawan Sabili itu.

Rizki berkesimpulan seperti itu setelah memaparkan panjang lebar tentang keberadaan dan konspirasi antara pasukan elit Syiah, Assassins (Hashyashyin), dengan pasukan Salib "Knights Templar". Menurut Rizki, sejak berdiri, masa berjaya, bubar hingga menyebar ke penjuru dunia, kedua jenis pasukan elit itu terus melakukan konspirasi.

"Banyak sejarawan Barat yang menuding di antara kedua sekte khusus pencabut nyawa ini sesungguhnya terjalin satu kerjasama dalam bentuk yang tersembunyi. Salah satu yang memunculkan dugaan ini adalah Profesor Carole Hillenbrand, Guru Besar Studi Islam dan Bahasa Arab University Edinburgh, Skotlandia", kata jurnalis spesialis investigasi itu.

Selain itu, kondisi ketertipuan umat ini juga diperparah dengan kelakuan penguasa Saudi yang justru berteman dengan Amerika Serikat. Padahal negara itu mendeklarasikan diri sebagai negara sunni (Wahabi). Akhirnya sebagian kalangan beranggapan bahwa jika ingin Anti-AS berarti harus Pro-Iran (Syiah), sebaliknya jika Pro-Saudi (Wahabi) berarti Pro-AS dan anti-Syiah. Padahal, kata Rizki, berdirinya Kerajaan Saudi juga atas bantuan agen Yahudi, Lawrence of Arabia.

"Saudi berdiri dibantu agen Yahudi, Lawrence of Arabia. Itulah kenapa mereka memilih bentuk negara Kerajaan. Harusnya kan Khilafah kalau mau. Kerajaan tidak dikenal dalam Islam", tandasnya.


latestnews

View Full Version