Yogyakarta (SI ONLINE) - Entah apa yang ada dibenak Zainal Abidin Bagir. Direktur Program Studi Agama dan Lintas Budaya (Center for Religious and Cross-cultural Studies/CRCS) Universitas Gajah Mada ini sepertinya tak terima acaranya dibatalkan oleh pihak rektorat. Zainal pun mengungkapkan amarahnya dalam sebuah tulisan yang dipublis di website CRCS, Rabu siang ini (9/5/2012).
Zainal menuding pembubaran acara diskusi yang dikemas dalam BINCANG PAGI BERSAMA IRSHAD MANJI "Agama, Kebebasan dan Keberanian Moral", yang sedianya digelar pukul 08.30-11.00 WIB di Gedung Sekolah Pasca Sarjana UGM, Lantai 3, Ruang 306 itu atas desakan kelompok organisasi kemasyarakatan.
Dalam artikelnya berjudul "Atmosfer Akademik dan Polusi Ancaman", Zainal menuduh bahwa gagalnya Irshad Manji menyebarkan pikiran liberalnya di UGM adalah karena ancaman dari organisasi kemasyarakatan (ormas).
"Gagalnya Irshad Manji menginjakkan kakinya untuk kedua kalinya di tanah UGM seharusnya membuat kita, khususnya civitas akademi UGM, berpikir ulang. Tidak perlu disembunyikan bahwa pembatalan acara itu adalah karena ancaman dari sekian ormas, yang tak semuanya selalu jelas nama dan keberadaannya", kata Zainal di awal tulisannya.
Zainal bercerita bahwa di lembaganya itu juga pernah dilakukan diskusi dengan topik-topik yang tidak kalah sensitifnya dibandingkan soal lesbiannya Irshad Manji. Seperti soal Papua, Lumpur Lapindo Sidoarjo, soal Pemberantasan korupsi dan peran KPK dan isu lain. Semua diskusi itu dikatakan alumni Indiana University juga berpotensi untuk digagalkan oleh kelompok yang berkepentingan. Ia mencontohkan diskusi soal konflik Papua yang tiba-tiba pernah dihentikan saat Direktur Program Pascasarjana masih menyampaikan sambutannya.
"Apakah lalu lembaga akademik sekelas UGM dari waktu ke waktu harus meminta izin (atau dalam bahasa kepolisian,”berkoordinasi”) dengan ormas, preman, dan sebagainya?", tanya Zainal.
Lantas, apakah tudingan Zainal ini benar?. "Tidak ada tekanan. Mereka tidak menekan. Mereka bersikap secara damai. Tapi ini kan harus disikapi secara arif. Pembatalan ini bukan berarti kami takut, tetapi karena nilai yang dibawa dia (Irshad Manji) menurut kami belum memiliki nilai yang sesuai dengan nilai luhur Gadjah Mada," tutur Direktur Pascasarjana UGM, Prof Dr Hartono seperti dirilis detikcom.
Pihak rektorat, kata Hartno, tidak melarang penyelenggaraan diskusi itu. Asal, tempatnya tidak di UGM. "Kami tidak melarang diselenggarakan. Tapi itu tidak diizinkan kalau di UGM," ujar Hartono.
Hartono menyebut kedatangan Irshad Manji ke UGM akan membawa dampak negatif lebih besar dibanding positifnya. "Mudharate kakehan, kurang barokah. Dadine ora apik (mudaratnya terlalu banyak, kurang barakah. Jadinya tidak baik)," katanya dengan bahasa Jawa.
CRCS memang merupakan corong Liberal di kampus UGM. Lembaga ini seringkali mempublikasi soal kehidupan beragama, isu-isu kekerasan dan sejenisnya yang menyudutkan umat Islam. Salah satu dosen tamu CRCS adalah Aminah Wadud, seorang feminis liberal yang beberapa tahun lalu menjadi imam dan khatib shalat jumat.
Red: shodiq ramadhan