View Full Version
Selasa, 16 Oct 2012

Tunduk Pada Biksu, Pemerintah Myanmar Tolak OKI

Selasa, 16 Oktober 2012 | 06:39:07 WIB

Naypyidaw (SI ONLINE) - Pemerintah Myanmar akhirnya tunduk pada keinginan para bhiksu. Presiden Myanmar melarang badan Islam dunia Organisasi Konferensi Islam (OKI) membuka kantor di negara itu,sebagai upaya membantu umat Islam di negara bagian Rakhine yang rusuh.

"Presiden tidak mengizinkan kantor OKI, karena tidak sesuai dengan keinginan rakyat," kata pejabat dari kantor pemimpin Myanmar Thein Sein, sesudah ribuan biksu berunjuk rasa terhadap lembaga itu di dua kota besar pada Senin (15/10/2012), lapor AFP.

Pejabat itu, yang minta namanya tidak disebutkan, menolak menanggapi perjanjian, yang ditandatangani dengan OKI, badan tertinggi Muslim dunia, yang dipastikan kepada AFP pada pekan lalu bahwa mereka memperoleh lampu hijau untuk membuka kantor di negara tersebut.

Sekitar 3.000 biksu berjubah marun, beberapa berteriak dan memegang spanduk bertuliskan "Tidak OKI", berbaris melalui daerah niaga negara itu, Yangon, kata saksi.

Ribuan lagi berunjuk rasa di kota terbesar kedua, Mandalay, dengan unjuk rasa lain di kota Pakokku di wilayah Magway di Myanmar tengah, kata penyelenggaranya.

"Kami tidak bisa menerima kantor OKI di sini," kata Oattamathara, biarawan pemimpin unjuk rasa di Mandalay, kepada AFP, "Tidak kantor sementara dan tidak kantor tetap."

Ketegangan aliran berlangsung tinggi sesudah bentrokan warga Buddha-Rohingya pada Juni di Rakhine barat, yang menewaskan puluhan orang dan memaksa puluhribuan berlindung di penampungan sementara.

Biksu berada di garis depan pemberontakan pembela demokrasi pada 2007, yang ditumpas secara keji oleh penguasa.

Mereka terlibat dalam serangkaian unjuk rasa terhadap OKI dan 800.000 warga tanpa kebangsaan Rohingya Myanmar, yang dinyatakan Perserikatan Bangsa-Bangsa salah satu kelompok kecil dunia paling teraniaya.

Anggota OKI, yang beranggota 57 negara, mengunjungi Rakhine pada bulan lalu setelah kelompok hak asasi menuduh pasukan keamanan menembaki warga Rohingya selama kerusuhan aliran itu, yang memicu kekhawatiran seluruh dunia Islam.

Rohingya Myanmar, yang berbicara dengan logat mirip dengan salah satu suku di negara tetangga, Banglades, dilihat oleh pemerintah dan warga Birma sebagai pendatang gelap.

red: shodiq ramadhan


latestnews

View Full Version