Jumat, 19 Oktober 2012 | 11:28:16 WIB
Jakarta (SI ONLINE) - PT Pertamina (Persero) akan terus mencari minyak ke luar negeri untuk menambah produksi mengingat cadangan di dalam negeri semakin menipis.
"Perburuan minyak ke luar negeri adalah keniscayaan, selain untuk menambah produksi, kesadaran global (global awareness) akan Pertamina sebagai perusahaan migas berkelas dunia juga meningkat," kata Komisaris Utama Pertamina Sugiharto di Jakarta, Kamis (19/10/2012).
Sugiharto mengatakan, Pertamina tidak boleh hanya fokus berusaha menggantikan peran perusahaan migas asing yang mengelola blok-blok migas besar di Indonesia.
"Pengelolaan blok migas oleh perusahaan asing ataupun oleh perusahaan milik negara seperti Pertamina tidak akan berdampak banyak bagi penerimaan negara," kata Sugiharto.
Dia menjelaskan, setiap pengelolaan blok migas, baik oleh Pertamina ataupun perusahaan asing, dilakukan atas dasar kontrak bagi hasil dengan pemerintah yang diwakili oleh BP Migas.
"Oleh karena itu yang paling penting adalah negosiasi berapa bagian pemerintah Indonesia dalam kontrak bagi hasil itu, bukan siapa yang mengelola," kata Sugiharto.
Dengan kondisi tersebut, Sugiharto mengatakan bahwa akan lebih menguntungkan bagi Pertamina untuk mencari cadangan minyak di luar negeri dibandingkan berusaha menggantikan peran perusahaan asing untuk mengelola blok migas dalam negeri.
Saat ini, produksi minyak Pertamina mencapai 127.602 barel per hari, lebih rendah dari target Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan, 132.000 barel per hari.
Sebelumnya, anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat Satya W Yudha, meminta perusahaan milik negara itu untuk menghentikan investasi di blok Masker Manta Gummy (BMG) lepas pantai Gippsland Basin, Australia Selatan. Pertamina memiliki saham sebanyak 10 persen di lapangan tersebut.
Satya menilai investasi tersebut tidak menguntungkan dan bahkan berpotensi merugikan negara.
Di sisi lain, lembaga penelitian Indonesian Resources Studies (IRESS) juga mendesak pemerintah untuk menyerahkan pengelolaan ladang gas Blok Mahakam di Kalimantan Timur kepada Pertamina. Blok yang saat ini sedang dikelola oleh Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation (Jepang) itu mampu memproduksi sekitar 2.200 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).
Menurut Direktur Eksekutif IRESS, Marwan Batubara, cadangan blok ini sekitar 27 triliun cubic feet (tcf). Sejak 1970 hingga 2011, sekitar 50% (13,5 tcf) cadangan telah dieksploitasi, dengan pendapatan kotor sekitar US$ 100 miliar. Cadangan yang tersisa saat ini sekitar 12,5 tcf, dengan harga gas yang terus naik, blok Mahakam berpotensi pendapatan kotor US$ 187 miliar (12,5 x 1012 x 1000 Btu x $15/106 Btu) atau sekitar Rp 1700 triliun!
Karena itu dalam Petisi Blok Mahakam untuk Rakyat, IRESS bersama ratusan tokoh dan lembaga pendukuunya, menyampaikan kepada Presiden SBY dan DPR agar segera memutuskan status kontrak blok Mahakam melalui penerbitan Peraturan Pemerintah atau Keputusan Menteri secara terbuka paling lambat 31 Desember 2012;
"Menunjuk dan mendukung penuh Pertamina sebagai operator blok Mahakam sejak April 2017," lanjut IRESS.
Selain itu para penandatangan petisi juga menuntut agar para pejabat yang telah menjadi kaki-tangan asing dengan berbagai cara antara lain yang dengan sengaja atau tidak sengaja atau secara langsung atau tidak langsung telah memanipulasi informasi, melakukan kebohongan publik, melecehkan kemampuan SDM dan perusahaan negara dan merendahkan martabat bangsa segera dikikis habis.
red: shodiq ramadhan