Jombang (SI ONLINE) - Pernyataan Anggota Dewan Pembina DPP Partai Demokat Sutan Bhatoegana yang menyebut Gus Dur dilengserkan dari kursi kepresidenan akibat kasus Buloggate dan Bruneigate, memantik reaksi dari para fans Gus Dur, Gusdurian Jawa Timur.
Ketua Gusdurian Jatim, Aan Anshori, menuding pernyataan Sutan Batoegana itu sebagai bentuk kepanikan individual dan PD di dalam merespon tuntutan publik.
“Dia panik karena publik menuntut agar Susilo Bambang Yudhoyono dan PD tidak loyo dalam pemberantasan korupsi, baik di pemerintahan maupun di internal PD,” tandas Aan, di kediamannya, Jombang, Senin (26/11/2012), seperti dikutip Surya Online.
Menurut Aan, adalah dusta besar jika Sutan menuding Gus Dur terlibat kasus Buloggate dan Bruneigate, dan kemudian dilengserkan dari jabatan presiden karena kedua kasus itu.
“Apalagi, posisi kedua kasus itu sendiri sudah dihentikan dengan terbitnya SP3 (Surat Perintah Pemberhentian Perkara) oleh Kejaksaan Agung. Jadi pernyataan Sutan Batoegana merupakan omong kosong,” tandas Aan.
Kendati demikian, Aan dan Gusdurian tidak akan melangkah ke jalur hukum terkait pernyataan Sutan Batoegana tersebut.
“Tapi demi kebaikan dan keselamatan dirinya sendiri, Sutan Batoegana segera meminta maaf ke keluarga Gus Dur di Ciganjur dan membaca istigfar 99.999 kali di pusara Gus Dur, sambil merenungi kesalahannya,” kata Aan.
PBNU Layangkan Somasi
Sementara itu menyikapi hal yang sama, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan melayangkan somasi terhadap Partai Demokrat. PBNU menilai Bathoegana telah melecehkan Presiden RI ke-4 yang juga bekas Ketua Umum PBNU.
"LPBH PBNU akan melayangkan somasi kepada Partai Demokrat Soetan Bhatoegana," kata Ketua Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum (LPBH) PBNU Andi Najmi Fuadi di Jakarta, Senin kemarin seperti dikutip Antara News.
Andi menjelaskan, dalam dialog di Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Rabu (21/11), Soetan menyebut Gus Dur dilengserkan dari kursi kepresidenan karena terlibat skandal korupsi Buloggate dan Bruneigate.
Menurut Andi, pernyataan Soetan tersebut merupakan fitnah terhadap Gus Dur, pelecehan terhadap NU, sekaligus mendistorsi sejarah.
"Gus Dur jatuh bukan karena kasus hukum tapi korban konspirasi politik orang-orang yang terancam oleh langkah-langkah Gus Dur selaku Presiden," tandas Andi.
Dikatakannya, Sidang Istimewa MPR 2001 yang menjadi ajang pelengseran Gus Dur, sama sekali bukan untuk "mengadili" mantan Ketua Umum PBNU tiga periode itu karena kasus hukum, apalagi skandal korupsi yang dituduhkan kepadanya, namun menyikapi pengangkatan Chaerudin Ismail sebagai Kapolri yang dianggap menyalahi TAP MPR VII/2000.
Menurut Andi, pernyataan Soetan itu menuai protes keras dari pengurus dan warga NU di berbagai wilayah.
Bathoegana Merendahkan Akal Budi
Secara terpisah Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Pencak Silat NU Pagar Nusa, M Nabil Haroen, mendesak Soetan Bathoegana mencabut pernyataannya dan meminta maaf.
"Jika Bathoegana tak segera meminta maaf dan menarik pernyataannya itu, emosi dan kejengkelan warga Nahdliyyin bisa membludak. Kami tak akan bisa membendungnya," katanya.
Menurut Nabil, pernyataan Soetan Bhathoegana mengenai Gus Dur beberapa saat lalu merendahkan akal budi dan ingatan publik.
"Ia mengabaikan SP3 yang diterbitkan Jaksa Agung bahwa Gus Dur bersih dari kasus Bruneigate dan Buloggate. Hal itu sudah terbukti. Yang belum terbukti justru kasus Century," tandasnya.
Selain itu, kata Nabil, Soetan Bhatoeghana cuma mencontoh dan mengulangi kemalasan politik yang biasa dipakai untuk pengalihan isu.
Menurut dia, Soetan Bathoegana sengaja mengeruhkan sesuatu yang jernih untuk menutupi kekeruhan yang ada saat ini.
"Bhatoegana dengan begitu tak hanya melecehkan Gus Dur, tapi memaksa Gus Dur untuk menutupi kekeruhan yang terjadi di rezim pemerintahan yang berkuasa saat ini," tandasnya.
red: shodiq ramadhan