Yerusalem (SI ONLINE) - Tentara Zionis Israel dari badan keamanan internal Shin Bet menembak mati seorang Muslim Palestina di Tepi Barat, Senin (4/12/2012).
"Selama operasi Shin Bet di daerah Deir Sharaf, sebuah kendaraan Palestina menabrak jeep militer. Akibat tabrakan yang disengaja itu, jeep tersebut terbalik dan semua penumpangnya cedera ringan," kata badan keamanan itu., lapor AFP.
"Tak lama kemudian, supir Palestina keluar dari kendaraannya dan mendekati jeep itu dengan membawa kampak dan meneriakkan Allahu Akbar," klaimnya.
Pejabat Shin Bet menyebut lelaki Palestina itu sebgai seorang "teroris", sebuah tudingan yang mestinya mengarah kepada Israel sendiri.
"Ia melukai dua dari orang-orang yang berada di dalam jeep tersebut dengan kampak. Salah satu agen Shin Bet menembak "teroris" itu dan membunuhnya," kata Shin Bet dalam sebuah pernyataan.
Dinas intelijen Israel itu mengatakan, "informasi awal" menunjukkan bahwa pria itu berasal dari sebuah desa di wilayah baratlaut Tepi Barat dekat kota Tulkarem.
Sebelumnya, polisi Israel mengatakan bahwa jeep itu membawa pasukan Israel.
Beberapa sumber keamanan Palestina mengatakan, mereka telah memperoleh informasi mengenai insiden itu, namun daerah tempat berlangsungnya peristiwa itu telah diumumkan sebagai sebuah zona militer tertutup.
Mereka mengidentifikasi pria itu sebagai Hatem Shabib, warga sebuah desa di dekat kota Tulkarem, Tepi Barat bagian utara.
Pembunuhan warga Palestina itu berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan terkait dengan pengumuman Israel untuk membangun 3.000 rumah baru pemukim di Yerusalem Timur dan Tepi Barat, yang disampaikan setelah Palestina memperoleh pengakuan sebagai negara non-anggota di PBB.
Rencana pembangunan itu menyulut kecaman dari berbagai penjuru dunia, termasuk AS selaku sekutu Israel.
Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon memperingatkan, Ahad (2/12), rencana pembangunan permukiman baru Israel di Yerusalem Timur dan Tepi Barat akan menjadi "pukulan hampir fatal" bagi prospek perdamaian dengan Palestina.
"Permukiman itu ilegal menurut hukum internasional, dan jika permukiman E1 dibangun, maka itu akan menjadi pukulan hampir fatal bagi sisa peluang untuk mencapai penyelesaian dua negara," kata kantor Ban dalam sebuah pernyataan.
red: shodiq ramadhan