Kaum muslimin rahimakumullah,
Allah SWT berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al Isra 36).
Kaum muslimin rahimakumullah,
Media massa Indonesia kini mengendalikan pikiran dan pendapat bangsa Indonesia yang mayoritas awam. Dengan giringan opini media, mayoritas anak muda hari ini lebih meniru lagak lagu dan kata-kata para selebritis, baik itu artis film, penyanyi, presenter TV, bahkan banci sekalipun.
Sebaliknya dengan serangan opini media, masyarakat awam bahkan yang intelek sekalipun yang belum kenal Front Pembela Islam (FPI), mereka punya image negatif kepada organisasi amar makruf nahi mungkar ini. Sehingga ketika ada berita tentang Ketua DPP FPI Munarman, SH baru-baru ini, komentar di dunia maya sangat miring sekali. Padahal berita itu hasil pelintiran sebuah media online terkemuka. Wartawan media tersebut tanpa takut dosa menyusun karangannya sendiri tapi dibuat seolah-olah dikatakan oleh sumber berita. Innalillahiwainnailaihi raji’un!
Kaum muslimin rahimakumullah,
Komentar dan pembicaraan di website, twitter, facebook, maupun bbm, lebih parah lagi. Kebebasan berpendapat membuat mereka merasa sah-sah saja mengeluarkan pendapat tanpa mempertimbangkan apakah pendapat tersebut sesuai syariat atau tidak. Mereka seolah sudah tidak tahu atau tidak merasa terikat dengan firman Allah SWT:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al Isra 36).
Sahabat Nabi saw. Ibn Abbas r.a. dalam tafsirnya mengartikan lafazh “walaa taqfu” dengan “wala taqul” yang artinya “Janganlah kalian mengatakan”. Artinya, janganlah kita sembarangan dengan kata-kata yang kita ucapkan, apalagi berkata tentang sesuatu yang kita tidak punya pengetahuan tentangnya, alias sok tahu, sebab itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Dengan kebebasan pers hari ini kebenaran itu dimiliki oleh yang paling banyak menyiarkan. Yang dikatakan pameo Nazi Jerman “Kebohongan Seribu Kali menjadi kebenaran” kiranya kini menjadi kenyataan sehari-hari.
Ketika Rhoma Irama beberapa waktu lalu menolak keberadaan calon pemimpin kafir di Jakarta, Rhoma pun diserbu dengan berbagai opini yang menyudutkan. Rekaman kasus Rhoma terkait perkawinan poligaminya ditayangkan kembali setiap hari untuk memberi kesan bahwa Rhoma bukan orang baik dan pendapatnya tidak perlu diperhatikan. Dan urusan pemimpin tidak ada hubungannya dengan agama. Ketika baru-baru ini Rhoma dicalonkan sejumlah ulama dan habaib di Jakarta menjadi calon presiden, opini-opini melalui berbagai jaringan media dibuat lebih massif untuk melecehkan dan menyerang Rhoma, khususnya berkaitan dengan masalah poligami. Intinya jangan ada figur berbau Islam yang tampil sebagai pemimpin di negeri ini. Kalau ada harus dihinakan dan dihancurkan.
Begitu pula yang menimpa Bupati Garut Aceng HM Fikri. Hari-hari ini dia jadi bulan-bulanan hujatan media karena poligami dan kasus menceraikan istrinya Fanny Octora setelah menikahi empat hari. Serangan opini dan hujatan kepada Aceng luar biasa ganasnya. Apalagi opini itu dibuat dalam bentuk yang pasti membuat orang yang melihat, mendengar, atau membaca berita akan punya image yang sangat buruk terhadap bupati hasil pilkada dari calon independen itu. Jangankan seorang birokrat yang image umumnya memang bobrok, seorang penjaga moral seperti Aa Gym saja mereka serang dan hancurkan setelah berpoligami.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Pengadilan oleh media ini dulu disebut “trial by the press”. Tapi itu istilah masa lalu. Kini pers menjadi pihak yang paling berhak menentukan siapa salah siapa benar, siapa diangkat siapa dijatuhkan. Wajarlah kalau pejabat banyak yang terpaksa tunduk pada giringan pers. Kalau tidak, dia bakal diserang bahkan mungkin dihabisi. Maka bisa kita pahami kenapa pejabat sekelas Presiden SBY pun ikut-ikutan menghukum Bupati Garut. Seolah beliau lupa bahwa dirinya pernah disoal oleh mantan Wakil Ketua DPR Zaenal Ma’arif terkait kabar perkawinannya dengan seorang wanita sebelum dengan Bu Ani.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Dalam hingar-bingar dari Rhoma hingga Bupati Garut hari ini terdapat arah opini yang sama, yaitu menyerang berbagai perkara yang berbau syariat Islam, seperti nikah siri, poligami, mencerai istri dan lain-lain. Menurut para penyerang, nikah siri, poligami, dan bercerai yang dibolehkan oleh syariat Islam adalah melanggar etika. Artinya, etika yang harus dianut adalah tidak boleh ada poligami, tidak boleh ada nikah siri, dan tidak boleh ada cerai. Sementara pornografi, pelacuran, homoseks, dan lesbian, yang itu semua jelas-jelas dilarang dan diharamkan oleh syariat Islam tidak mereka sebut sebagai pelanggaran etika, tapi merupakan bagian dari HAM yang harus dijunjung tinggi.
Penyerangan terhadap syariat Islam ini sebenarnya bukan barang baru. Ini lagu lama yang diputar lagi. Bahkan di zaman Al Quran diturunkan, orang-orang kafir Quraisy mempersoalkan kenapa orang-orang Islam mengharamkan makan bangkai yang biasa mereka makan. Mereka mendebat: “Kenapa kalian melarang memakan apa yang dibunuh Allah, sedangkan kalian memakan apa yang kalian sembelih dengan tangan kalian sendiri?” Lalu turun firman Allah SWT:
وَلَا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَى أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ (121)
“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, Sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik” (QS. Al An’am 121).
Umat Islam harus tetap istiqomah dalam perjuangan menegakkan syariat Islam dan tidak boleh kalah dengan bantahan dan hujatan. Sebab apa yang mereka lontarkan sebenarnya adalah untuk menutupi cahaya syariat Islam yang mereka khawatir lantaran semakin terang di negeri ini. Maha Benar Allah SWT yang telah berfirman:
يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya". (QS. As Shaff 8)
Baarakallahu lii walakum...