View Full Version
Jum'at, 13 Jan 2012

Inggris Surga Aman Bagi Mantan Menteri Hosni Mubarak

MESIR (voa-islam.com) - Inggris sekali lagi menunjukkan sifat hipokrit mereka karena terus menyediakan surga aman bagi Menteri Keuangan Mesi di era mantan diktator Hosni Mubarak meskipun seruan untuk penangkapannya.

Pers Mesir telah meluncurkan serangan pedas kepada pemerintah Inggris karena penolakannya untuk mengekstradisi Youssef Boutros-Ghali, Menteri Keuangan Mubarak dari tahun 2004 sampai 2011 yang dihukum 30 tahun penjara, sebagaimana surat kabar Mesir Al-Akhbar menerbitkan sebuah artikel berjudul " Surga Aman bagi mantan menteri keuangan Mesir di Inggris. "

Katika Boutros-Ghali telah nyatakan bersalah korupsi secara in absentia dan dicari oleh Interpol, ia telah berlindung di Inggris sejak gelombang gerakan Kebangkitan Islam mencapai Mesir dan orang-orang Mesir turun ke jalan menyerukan penggulingan Mubarak.

Dalam wawancara dengan  surat kabar Mesir Al-Al-Youm Sabe'a, juru bicara Menteri Luar Negeri Mesir, Amr Roshdi, secara jelas mengumumkan bahwa kedutaan besar Mesir di London telah meminta pemerintah Inggris untuk mengekstradisi  Boutros-Ghali ke Kairo sebanyak lima kali.

Namun demikian, pemerintah Inggris terus menyediakan tempat tinggal bagi Boutros-Ghali saat ia juga diperintahkan untuk mengembalikan uang 6.430.000 Euro ke negara itu.

Selanjutnya, kehadiran Boutros-Ghali di London School of Economics (LSE), yang sudah mendapat serangan berat atas hubungannya dengan putra mantan diktator Libya Muammar Gaddafi,  Saif al-Islam, membuat marah orang-orang Mesir.

Para mahasiswa Mesir melihat Boutros-Ghali saat ia menghadiri kuliah di LSE pada revolusi Mesir.

Para mahasiswa Mesir kemudian berteriak "tangkap pencuri itu", dan mengejar Boutros-Ghali. Namun, bukannya ditangkap, Boutros-Ghali biarkan keluar melalui pintu belakang oleh keamanan LSE.

"Orang ini adalah seorang kriminal di Mesir yang harus mendekam 30 tahun di penjara sana. Saya tidak akan mengharapkan LSE justru menyelinapkannya keluar seperti ini, "kata Dina Makram-Ebeid, seorang mahasiswa PhD di universitas tersebut.

Hanya 10 hari setelah Mubarak dipaksa keluar dari kantor, Perdana Menteri Inggris David Cameron mengunjungi Tahrir Square Mesir, sebagai pemimpin dunia pertama setelah penggulingan Mubarak, dan mencoba bersekutu dengan kaum revolusioner Mesir.

Pada sebuah acara megah, ia memuji revolusi rakyat Mesir dan mengklaim Inggris akan membantu proses demokratis dari "sebuah transisi sejati dari pemerintahan militer ke pemerintahan sipil."

Namun, hanya 10 bulan setelah kunjungan Cameron, Inggris menciptakan gas air mata yang menargetkan pada para demonstran Mesir di alun-alun yang sama.

Ketika pemerintah Inggris terus memberikan agen Mubarak dengan tempat yang aman, sifat hipokrit mereka menjadi lebih jelas bagi orang Mesir. (an/ptv)


latestnews

View Full Version