View Full Version
Ahad, 01 Jul 2012

Anshar Al-Din Hancurkan Makam-makam Tempat Kemusyrikan di Timbuktu

MALI (voa-islam.com) - Kelompok pejuang Islam Ansar Al-Din dengan senjata dan kapak kembali menghancurkan makam-makam kuno yang menjadi tempat kemusyrikan di kota yang terkenal dari Timbuktu pada hari Ahad, hari kedua serangan terhadap situs warisan UNESCO, kata para saksi.

Kelompok pejuang Islam menganggap kuil-kuil kaum Sufi yang masuk dalam warisan UNESCO tersebut sebagai tempat-tempat kemusyrikan.

Warga mengatakan kelompok itu telah mengancam untuk menghancurkan semua dari 16 lokasi makam utama di Timbuktu meskipun kecaman internasional terhadap serangan tersebut. Direktur Jenderal UNESCO Irina Bokova menyerukan segera penghentian serangan itu.

"Kami tunduk pada agama dan bukan opini internasional. Membangun kuburan adalah bertentangan dengan Islam.. Kita menghancurkan makam tersebut karena diperintahkan oleh agama kita," kata Ould Oumar Hamaha, juru bicara Anshar Al-Din kepada Reuters melalui telepon dari utara kota pada hari Ahad.

Berbekal Kalashnikov dan kapak, sekitar 30 pejuang pada Ahad menghancurkan makam berusia tiga abad, jurnalis lokal Yaya Tandina mengatakan kepada Reuters.

..Kami tunduk pada agama dan bukan opini internasional..

"Mereka memiliki orang-orang bersenjata yang menjaga pintu-pintu. Sama seperti kemarin, penduduk tidak bereaksi.. Mereka (penduduk) mengatakan kita perlu membiarkan mereka melakukan apa yang mereka inginkan, berharap bahwa suatu hari nanti kami akan membangun kembali makam tersebut," kata Tandina.

Penduduk Timbuktu Mohamed Hamed mengatakan kelompok itu menghancurkan makam Sidi Elmety, Mahamane Elmety dan Cheick Sidi Amar, semua di bagian barat kota.

Tandina dan para saksi lainnya mengatakan Anshar Al-Din pada Sabtu telah menghancurkan makam tiga orang lokal yang dianggap suci- Sidi Mahmoud, Sidi El Mokhtar dan Alfa Moya - dan setidaknya tujuh makam lain.

Serangan itu sendiri terjadi beberapa hari setelah UNESCO menempatkan Timbuktu pada daftar situs warisan dalam bahaya. (st/wb)


latestnews

View Full Version