View Full Version
Jum'at, 13 Feb 2015

Ribuan Orang Hadiri Pemakaman 3 Mahasiswa Muslim yang Dibantai di Chapel Hill AS

AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Ribuan orang di Amerika Serikat telah menghadiri pemakaman tiga mahasiswa Muslim yang ditembak mati oleh seorang pria kulit putih paruh baya di North Carolina.

Lebih dari 5.500 orang berkumpul pada Kamis (12/2/2015) sore di lapangan sepak bola untuk pemakaman Deah Shaddy Barakat, 23, istrinya Yusor Mohammad Abu-Salha, 21, dan adiknya, Razan Mohammad Abu-Salha, 19, di dekat kampus University of North Carolina Chapel Hill yang tewas dalam serangan brutal pada hari Selasa.

"Itu adalah pemakaman terbesar yang pernah saya hadiri," kata Nisrin Shabin. "Mereka terus berdatangan, itu ajaib."

Setidaknya 3.000 orang menghadiri acara menyalakan lilin pada Rabu malam untuk mahasiswa yang dibunuh di University of North Carolina, yang disebut sebagai "permata dari komunitas mereka" oleh para anggota keluarga mereka.

Keluarga dari tiga orang tersebut, yang dibunuh oleh Craig Stephen Hicks, 46, dengan gaya eksekusi berupa ditembak di kepala, mengatakan bahwa mereka dibantai karena agama mereka bukannya hanya ditargetkan oleh penjahat.

Mohammad Abu Shalha, ayah dari dua mahasiswi Muslim yang ditembak mati itu mengatakan kepada kerumunan mereka menjadi korban kejahatan kebencian dan rasa sakitnya tak terlukiskan. Mohammad Abu-Salha menuntut penyidik memperlakukan pembunuhan itu sebagai kejahatan rasial.

"Saya sudah bicara dengan polisi, saya sudah bicara dengan pengacara," katanya, suaranya tersedak dengan kesedihan. "Ini memiliki kejahatan kebencian tertulis di atasnya."

Polisi mengatakan bukti awal menunjukkan serangan mematikan itu berasal dari sengketa tempat parkir, namun tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa kebencian Muslim telah memotivasi sang penembak.

Seorang pengacara lokal dan teman dekat korban laki-laki dari tiga korban pembunuhan Selasa sebelumnya mengatakan cerita parkir itu hanya kebohongan yang dibuat-buat. "Kau tidak membunuh tiga orang atas sebuah tempat parkir."

Mahasiswa Muslim Korban pembantaian di Chapel Hill Amerika Serikat, dari kiri Razan Mohammad Abu-Salha, Yusor Mohammad Abu-Salha dan suaminya Deah Shaddy Barakat.

Pada pemakaman, Sarah, yang tumbuh dengan Deah dan Yusor dan Razan, mengatakan dia telah mengalami Islamophobia. "Anda harus memiliki banyak kebencian di dalam hati Anda untuk membunuh tiga orang dengan darah dingin, dan atas tempat parkir, itu konyol untuk mengatakan ini adalah hanya (karena masalah) tersebut."

Menurut laporan, ketiga mahasiswa Muslim itu berprestasi yang secara teratur sukarela untuk melakukan kegiatan amal di daerah tersebut.

Deah Shaddy Barakat adalah seorang mahasiswa tahun kedua pascasarjana kedokteran gigi di University of North Carolina, dan istrinya berencana untuk mendaftar di lembaga yang sama tahun ini. Adiknya kuliah di North Carolina State University yang telah memenangkan penghargaan untuk bakat artistik.

Pembunuhan di kota Chapel Hill telah memicu kemarahan pada permusuhan anti-Muslim yang mengakar di AS.

Komite Anti Diskriminasi Arab-Amerika (ADC) mengecam liputan bias media yang diberikan kepada insiden tragis ini.

Direktur Hukum ADC Abed Ayoub mengatakan hari Kamis reaksi Media AS akan 100 persen berbeda jika para pelaku, bukan korban, adalah Muslim.

Ayoub mengatakan pemerintah, industri film dan analis sayap kanan yang harus disalahkan untuk kenaikan Islamophobia baru-baru ini di Amerika Serikat.

Dia mengatakan media perlu menunjukkan dampak kejahatan kebencian dan kebencian terhadap Muslim tersebut, menekankan film terbaru "Amerika Sniper" hanya memperburuk hal itu.

"Negara ini perlu menyadari bahwa aksi terorisme tidak terbatas pada agama atau etnis tunggal," katanya. "Ini [Islamophobia] adalah sesuatu yang perlu dihentikan dan kami ingin media untuk lebih memperhatikan dan meliput hal ini lebih banyak untuk menunjukkan dampak kejahatan kebencian dan perkataan yang mendororong kebencian." (st/ptv)

Deah Shaddy Barakat, 23, istrinya Yusor Mohammad Abu-Salha, 21, dan adiknya, Razan Mohammad Abu-Salha, 19


latestnews

View Full Version