View Full Version
Senin, 03 Aug 2015

Milisi Kristen Anti-Balaka Lakukan Pembersihan Etnis Muslim di Republik Afrika Tengah

LONDON, INGGRIS (voa-islam.com) - Milisi Kristen anti-Balaka telah mengambil keuntungan dari kekosongan politik di Republik Afrika Tengah (CAR), melakukan pembersihan etnis Muslim dalam upaya untuk menghapus komunitas Muslim dari negara itu, kelompok hak asasi manusia Amnesty International mengatakan.

Membahas laporan tersebut hari Jum'at (31/7/2015), berjudul "Identitas terhapus: etnis Muslim dibersihkan dari daerah-daerah di Republik Afrika Tengah," Joanne Mariner, penasihat senior respon krisis di organisasi yang berbasis di Inggris tersebut, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa umat Islam di bagian barat negara itu sedang ditekan dan dipaksa untuk murtad meninggalkan agama mereka.

Lebih dari 30.000 Muslim yang tinggal di tujuh kantong pengungsian, dijaga oleh pasukan PBB, di seluruh negeri itu, tetapi bagi mereka yang tinggal di luar, terutama di daerah pedesaan, mereka menjadi sasaran kekerasan dan pemurtadan paksa dengan para pelaku tidak dikenai sanksi hukum, laporan itu menemukan.

"Mereka tidak diizinkan untuk mengekspresikan diri mereka sebagai Muslim; jika mereka berada di luar kantong-kantong (pengungsian), mereka tidak bisa shalat, tidak bisa memakai pakaian apapun yang mengidentifikasi mereka sebagai Muslim, "kata Mariner.

"Hidup mereka tergantung pada rutinitas negosiasi sehari-hari dengan para pejuang anti-Balaka."

Mariner mengatakan bahwa banyak telah dipaksa murtad masuk agama Kristen atau menghadapi penganiayaan dari masyarakat Kristen negara itu.

'Negara gagal'

Lebih dari satu juta orang telah mengungsi sejak pejuang Séléka yang dipimpin Muslim menguasai Bangui, ibu kota, pada bulan Maret 2013.

Setelah serentetan pertikaian, kelompok main hakim sendiri yang dikenal sebagai anti-Balaka (anti-parang) muncul untuk melawan kepemimpinan baru.

Tapi anti-Balaka, terdiri dari milisi Kristen dan animisme, juga menargetkan minoritas Muslim di negara itu, yang mereka tuduh bersimpati kepada Séléka.

Laporan Amnesty, berdasarkan serangkaian wawancara dengan warga di CAR, mengatakan milisi Kristen anti-Balaka "menimbulkan gelombang kekerasan pembersihan etnis yang ditujukan untuk memaksa umat Islam untuk meninggalkan negara itu".

"Ketidakamanan dan ancaman yang datang terus-menerus dari anti-Balaka dari sana menjadikan tidak adanya negara," kata Mariner.

Meskipun kekerasan di CAR telah sedikit berkuran sejak akhir 2014, negara itu sebagian besar masih tidak aman.

Runtuhnya aparatur negara dan kerapuhan pemerintahan transisi telah meninggalkan bagian negara kepada belas kasihan dari kelompok milisi Kristen dan Animisme di daerah-daerah pedalaman.

Kekhawatiran tetap ada bahwa meskipun ketenang dirasakan menyusul akar penyebab krisis yang belum ditangani.

Laporan Amnesty datang hanya beberapa hari setelah International Rescue Committee mengatakan CAR "membutuhkan awal yang baru, atau akan menjadi studi kasus dari negara gagal".

Penghancuran masjid

Pada bulan April, seorang utusan AS mengatakan bahwa hampir semua dari 436 masjid di CAR telah hancur dihancurkan oleh kelompok Kristen milisi anti-Balaka. Samantha Power, duta besar AS untuk PBB, menyebut kehancuran itu "agak gila, mengerikan".

Amnesty mengatakan dalam laporan hari Jumat bahwa tidak ada satupun masjid di luar Bangui, dan kota Carnot, yang telah diperbaiki atau dibangun kembali.

Salah satu "tanda-tanda paling jelas dari intensitas kebencian sektarian adalah penghancuran masjid di negara itu", kata organisasi tersebut.

Lebih dari 6.000 orang, sebagian besarnya adalah Muslim telah tewas sejak krisis dimulai pada bulan Maret 2013.

"Tantangan utamanya adalah kurangnya keamanan. Pemerintah memahami mereka memiliki jalan panjang untuk bergerak [tetapi] mereka harus mampu untuk menegaskan kendali atas daerah-daerah yang luas sekali ini," kata Mariner. (st/aje)


latestnews

View Full Version