View Full Version
Ahad, 28 Jan 2018

Turki Desak AS Segera Tarik Pasukan Dari Manbij Suriah

ANKARA, TURKI (voa-islam.com) - Turki hari Sabtu (27/1/2018) telah mendesak AS untuk "segera menarik diri" dari Manbij di Suriah utara, memicu perkiraan bahwa pasukan Turki akan segera menyerang kota tersebut sebagai bagian dari serangan "Olive Branch" terhadap milisi Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG).

Beberapa jam sebelumnya, Ankara mengklaim bahwa AS berjanji untuk berhenti mempersenjatai YPG, di tengah ketegangan antara kedua sekutu selama serangan Turki di wilayah utara Kurdi.

"Perlu bagi mereka [AS] untuk segera menarik diri dari Manbij," kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu.

Kepresidenan Turki mengumumkan pada hari Sabtu bahwa Washington akan "tidak memberikan senjata kepada milisi YPG", menyampaikan sebuah panggilan telepon pada hari Jum'at malam antara Penasehat Keamanan Nasional AS, HR McMaster, kepada juru bicara kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin.

Turki meluncurkan "Operation Olive Branch" pada tanggal 20 Januari melawan milisi Unit Pelindung Rakyat Kurdi Suriah, yang didukung pejuang oposisi Suriah - termasuk Tentara Pembebasan Suriah - dengan pasukan darat, lapis baja, artileri dan serangan udara.

Erdogan pada hari Jum'at mengumumkan niatnya untuk segera melancarkan serangan ke kota Manbij, dan kemudian sampai ke perbatasan Irak. Dia mengatakan hal ini untuk memusnahkan "teroris" di wilayah tersebut, mengacu pada YPG.

Hubungan antara sekutu NATO Ankara dan Washington telah sangat tegang oleh ofensif tersebut, dengan Washington mendesak pengekangan ketika korban sipil dan militer meningkat.

Washington juga khawatir serangan Turki akan berdampak pada perang koalisi pimpinan AS melawan kelompok Islamic State di wilayah tersebut.

Salah satu isu utama yang merusak hubungan antara kedua negara adalah AS memasok YPG dengan senjata untuk melawan IS, yang AS telah dilakukan sejak Mei 2017.

YPG yang beranggotakan 50.000 telah menjadi sekutu penting AS dalam memberantas kelompok jihad dari Suriah utara, sebagai bagian dari Tentara Demokratik Suriah (SDF).

Dengan dukungan kekuatan udara dan pasukan koalisi pimpinan-AS, SDF memimpin pertempuran tahun lalu melawan IS di mana Islamic State kehilangan ibukota de facto mereka, Raqqa.

Selama kunjungan Jum'at antara McMaster dan Kalin, para pejabat menyebutkan "masalah keamanan logis" Turki atas kontrol Kurdi di Suriah utara, dan keduanya sepakat untuk berkoordinasi dengan ketat untuk mencegah kesalahpahaman, kata kepresidenan dalam sebuah pernyataan.

Panggilan telepon tersebut muncul beberapa hari setelah Washington dan Ankara saling memperdebatkan catatan percakapan telepon antara Erdogan dan Presiden AS Donald Trump.

Pernyataan Gedung Putih mengatakan Trump mendesak Turki untuk "membatasi tindakan militernya" di Afrin.

Namun, ini berlawanan dengan seorang pejabat Turki yang mengatakan bahwa Erdogan telah memberi tahu rekannya AS tentang niatnya untuk menargetkan Manbij.

Selanjutnya, pejabat Turki mengatakan pada November bahwa Trump telah berjanji untuk menghentikan memasok senjata ke YPG namun mengatakan bahwa tindakan tersebut tidak pernah dilakukan.

Ankara menunjuk YPG sebagai cabang "teroris" dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dilarang, yang dicap sebagai kelompok teror oleh Ankara dan sekutu Baratnya.

PKK telah melancarkan pemberontakan selama tiga dekade melawan negara Turki untuk mendapatkan otonomi, menggunakan tindakan brutal dan berdarah, mengakibatkan sekitar 40.000 orang terbunuh sejak tahun 1980an. (st/TNA) 


latestnews

View Full Version