View Full Version
Kamis, 08 Nov 2018

Amnesty: Pemberontak Syi'ah Houtsi Lakukan Militerisasi Rumah Sakit Secara Sengaja

LONDON, INGGRIS (voa-islam.com) - Amnesty International hari Kamis (8/11/2018) mengatakan pemberontak Syi'ah Yaman "melakukan militerisasi yang disengaja terhadap rumah sakit" di kota medan perang Hodeidah dan meminta pihak yang bertikai untuk melindungi warga sipil.

Kelompok hak asasi manusia itu mengatakan, pemberontak Syi'ah Houtsi baru-baru ini menempatkan para petempurnya di atap sebuah rumah sakit di distrik pelabuhan Laut Merah 22 Mei, dan menyebut tindakan itu sebagai "perkembangan yang membuat mual".

Dikatakan langkah itu berisiko "konsekuensi yang menghancurkan" bagi para staf rumah sakit dan pasien.

"Kehadiran petempur Houtsi di atap rumah sakit melanggar hukum humaniter internasional, tetapi pelanggaran ini tidak membuat rumah sakit dan pasien dan staf medis menjadi sasaran sah untuk serangan udara koalisi," Samah Hadid, direktur kampanye Amnesty Timur Tengah mengatakan.

"Siapa pun yang menyerang rumah sakit di bawah kondisi ini berisiko bertanggung jawab atas kejahatan perang."

Sumber medis mengatakan kepada AFP Rabu bahwa para pemberontak Syi'ah kaki tangan Iran itu telah memaksa staf medis keluar dari Rumah Sakit 22 Mei - salah satu fasilitas medis utama Hodeidah - dan menempatkan para penembak jitu di atap.

Pasukan pro-pemerintah menekan lebih dekat ke jantung Hodeidah, yang pelabuhannya berfungsi sebagai titik masuk untuk hampir 80 persen impor komersial dan hampir semua bantuan kemanusiaan yang diawasi PBB.

Kelompok-kelompok bantuan telah menyerukan kepada para pemberontak Syi'ah Houtsi dan koalisi untuk memungkinkan warga sipil melarikan diri dari kota sekitar 600.000 orang.

Amnesti memperingatkan bahwa warga sipil di Hodeidah akan "membayar harga yang mengerikan" kecuali pihak yang bertikai segera bertindak untuk melindungi mereka dari pertempuran.

Pemberontak Syi'ah dukungan Iran itu telah mengendalikan Hodeidah sejak 2014 ketika mereka menyerbu ibukota Sana'a dan kemudian menyapu sebagian besar negara berpenduduk mayoritas Sunni tersebut yang memicu intervensi koalisi Arab pada tahun berikutnya dan perang atrisi yang menghancurkan.

Pasukan pemerintah yang didukung oleh sejumlah besar pasukan darat Uni Emirat Arab melancarkan serangan untuk merebut kembali kota itu pada bulan Juni. (st/AFP)


latestnews

View Full Version