View Full Version
Ahad, 14 Apr 2019

WHO: 120 Oran Tewas 560 Lebih Terluka Akibat Pertempuran di Dekat Ibukota Libya Tripoli

TRIPOLI, LIBYA (voa-islam.com) - Pertempuran di dekat Tripoli telah menewaskan 121 orang sejak orang kuat Khalifa Haftar melancarkan serangan awal bulan ini untuk merebut ibukota Libya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, Ahad (14/4/2019)

Dalam bentrokan antara pasukan pemberontak pimpinan Haftar dan pasukan Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya (GNA) yang didukung PBB, kedua belah pihak telah menyatakan "kemajuan" tetapi keduanya tampaknya tidak memimpin secara substansial di lapangan dalam beberapa hari terakhir.

Dengan lebih dari 560 orang terluka sejak pertempuran dimulai pada 4 April, WHO mengatakan mengirim lebih banyak pasokan medis dan staf ke Tripoli.

Organisasi PBB mengecam "serangan berulang terhadap pekerja perawatan kesehatan" dan kendaraan selama pertempuran, dalam pesan di feed Twitter Libya-nya.

"Tiga personel medis telah tewas dan lima ambulans telah dilumpuhkan oleh pecahan peluru," kata kantor urusan kemanusiaan PBB (OCHA) dalam satu pernyataan Sabtu.

Kekerasan yang meningkat telah memicu kekhawatiran global tentang negara kaya minyak yang telah berada dalam kekacauan sejak pasukan yang didukung NATO menggulingkan mantan diktator Muammar Khadafi pada 2011.

Dalam kekacauan sejak itu, sejumlah milisi bersenjata telah berusaha untuk mengambil kendali, dan pertempuran telah berkobar lagi tak lama sebelum sebuah konferensi telah dijadwalkan untuk membahas masa depan Libya, yang sejak itu dibatalkan.

Haftar, yang memimpin Pasukan Nasional gadungan Libya (LNA), telah mendorong dari basis kekuasaannya di timur negara itu menuju ibukota Libya di barat, pusat pemerintahan persatuan yang didukung PBB yang dipimpin oleh Fayez al-Sarraj.

Haftar mendapat dukungan dari negara-negara Teluk Arab utama, Mesir dan Rusia.

Pada hari Ahad ia bertemu dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi di Kairo, di mana keduanya berdiskusi tentang perkembangan terakhir di Libya, menurut media pemerintah. (st/AFP)


latestnews

View Full Version