View Full Version
Selasa, 02 Jun 2020

Bangladesh Laporkan Kematian Pertama Akibat COVID-19 di Kamp Pengungsi Rohingya

COX'S BAZAR, BANGLADESH (voa-islam.com) - Kekhawatiran terhadap Muslim Rohingya yang rentan di kamp-kamp pengungsi yang penuh sesak di Bangladesh semakin meningkat setelah seorang lelaki berusia 71 tahun menjadi korban pertama yang meninggal di sana akibat virus Corona.

Para ahli kesehatan telah lama memperingatkan bahwa virus yang mematikan itu dapat menjalar melalui jaringan luas permukiman yang menampung hampir satu juta pengungsi di tenggara negara itu.

"Dia meninggal pada 31 Mei. Tapi tadi malam kami mendapat konfirmasi bahwa dia meninggal karena COVID-19," kata Toha Bhuiyan, seorang pejabat kesehatan senior di distrik Cox Bazar.

Kematian itu terjadi di Kutupalong, yang terbesar dari kamp-kamp yang ada, ​​yang merupakan rumah bagi sekitar 600.000 orang. Pria itu termasuk di antara setidaknya 29 orang Rohingya yang dinyatakan positif mengidap virus di kamp.

Bhuiyan mengatakan korban meninggal di pusat isolasi yang dikelola oleh lembaga amal medis Doctors Without Borders dan dimakamkan di kamp pada hari yang sama.

"Kami akan berbicara dengan para administrator di kamp dan memperingatkan orang-orang tentang kematian itu," kata Bhuiyan, seraya menambahkan mereka berusaha menemukan orang-orang yang telah berhubungan dengan almarhum.

Sebagian besar pengungsi telah ada di sana sejak sekitar 750.000 minoritas Muslim melarikan diri dari serangan militer 2017 di negara tetangga Myanmar, yang pemerintahnya menghadapi tuduhan genosida di pengadilan tinggi PBB.

Penganiayaan terhadap Muslim Rohingya di Myanmar adalah salah satu tragedi kemanusiaan terburuk di zaman kita, tetapi itu juga yang paling diabaikan.

Rohingya, digambarkan oleh AS sebagai salah satu komunitas paling teraniaya di dunia, telah menghadapi penganiayaan negara yang sistematis di negara bagian Rakhine utara Myanmar sejak awal 1970-an.

Pada awal April, pihak berwenang telah mengunci Cox's Bazar, rumah bagi 3,4 juta orang termasuk para pengungsi setelah beberapa kasus COVID-19 mencapai negara itu.

Bangladesh membatasi lalu lintas masuk dan keluar dari kamp dan memaksa organisasi bantuan untuk memangkas 80% tenaga kerja.

Badan-badan bantuan dan kelompok-kelompok hak asasi manusia telah menuntut pemerintah Bangladesh untuk menarik pembatasan penggunaan ponsel dan internet di kamp-kamp itu.

Pihak berwenang telah menangguhkan penggunaan internet karena alasan keamanan, dan laporan baru-baru ini mengatakan bahwa kelompok bersenjata di antara para pengungsi itu diduga terlibat dalam penculikan dan penyelundupan obat-obatan terlarang. (TDS) 


latestnews

View Full Version