View Full Version
Sabtu, 17 Oct 2020

Turki Kecam Serangan Biadab Armenia di Ganja Azerbaijan yang Menewaskan 13 Warga Sipil

ANKARA, TURKI (voa-islam.com) - Armenia melakukan "kejahatan perang" dan harus bertanggung jawab atas "kebiadabannya", kata Menteri Luar Negeri Mevlüt Çavuşoğlu Sabtu (17/10/2020).

Komentar Çavuşoğlu muncul setelah serangan mematikan di kota Ganja di Azerbaijan pada malam hari oleh Armenia.

"Untuk tetap diam terhadap kebiadaban ini berarti menjadi kaki tangan pembunuhan ini," katanya di Twitter.

Ketua parlemen Turki juga mengutuk serangan Armenia terhadap Ganja.

Serangan Armenia di kota Ganja dan Mingachevir kembali menargetkan warga sipil yang tidak bersalah, kata Ketua Parlemen Mustafa Şentop di Twitter Sabtu pagi.

Şentop meminta komunitas internasional untuk mengutuk serangan Armenia terhadap warga sipil.

"Mereka yang masih menutup mata terhadap kejahatan perang ini harus tahu bahwa mereka akan dituduh menurut hukum internasional sebagai kaki tangan," katanya.

Sedikitnya 13 warga sipil, dua di antaranya anak-anak, tewas dan 45 luka-luka di Ganja akibat penembakan Armenia semalam, kata Hikmat Hajiyev, seorang pembantu kebijakan luar negeri Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, dalam briefing online dengan wartawan, Sabtu.

"Kami mendukung gencatan senjata kemanusiaan, tetapi Armenia tidak memberinya kesempatan .. mereka tetap menargetkan daerah pemukiman," kata Hajiyev. Dia mengatakan lebih lanjut bahwa Azerbaijan telah "membebaskan" dua dari tujuh wilayah di Nagorno-Karabakh sejak konflik dimulai.

Aliyev berjanji akan membalas dendam pada Armenia atas pembunuhan di medan perang, tapu menekankan bahwa Azerbaijan tidak akan pernah menyerang warga sipil.

Serangan di Ganja terjadi hanya enam hari setelah sebuah rudal menghantam bagian pemukiman lain di kota berpenduduk lebih dari 300.000 orang tersebut, menewaskan 10 warga sipil dan membuat banyak orang gelisah.

Daerah berpenduduk sipil Azerbaijan telah diserang hebat oleh Armenia sejak bentrokan pecah antara pasukan Armenia dan Azerbaijan pada akhir September di wilayah Nagorno-Karabakh.

Hubungan antara dua bekas republik Soviet itu tegang sejak 1991 ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh.

Sekitar 20% wilayah Azerbaijan tetap berada di bawah pendudukan ilegal Armenia selama hampir tiga dekade. Berbagai resolusi PBB, serta banyak organisasi internasional, menuntut penarikan pasukan pendudukan Armenia, namun itu tidak pernah diindahkan oleh Yerevan. (TDA)


latestnews

View Full Version