View Full Version
Ahad, 25 Sep 2022

7 Tewas Dalam Serangan Jibaku Al-Shabaab Di Pangkalan Militer Somalia Di Mogadishu

MOGADISHU, SOMALIA (voa-islam.com) - Sebuah serangan jibaku yang diklaim oleh kelompok pejuang Somalia Al-Shabaab menewaskan sedikitnya tujuh orang dan melukai sembilan lainnya di Mogadishu pada Ahad (25/9/2022), kata tentara dan saksi mata kepada AFP.

Seorang "teroris putus asa" meledakkan dirinya pada Ahad pagi di dekat barisan anggota baru yang mendaftar di pangkalan militer Nacnac di selatan ibu kota Somalia, kata komandan militer setempat Abdullahi Adan kepada AFP.
"Tujuh orang tewas dan sembilan lainnya luka-luka," katanya.

"Saya dekat dengan lokasi ledakan, itu sangat besar dan saya bisa melihat orang tewas dan terluka," kata saksi mata Ahme Gobe kepada AFP.

Saksi mata lainnya, Asha Omar, berbicara tentang melihat setidaknya 10 orang dibawa pergi dengan ambulans.

Al-Shabaab, sebuah kelompok jihadis yang terkait dengan Al-Qaidah yang telah melancarkan pemberontakan terhadap negara Somalia selama 15 tahun, menyatakan bertanggung jawab atas serangan itu.

Kelompok itu melakukan serangan besar di sebuah hotel di Mogadishu pada Agustus, menyebabkan 21 orang tewas dan 117 terluka setelah pengepungan selama 30 jam.

Presiden Somalia Hassan Sheikh Mohamud telah menghadapi kebangkitan Al-Shabaab sejak pemilihannya pada Mei dan bersumpah untuk mengobarkan "perang habis-habisan" melawan para jihadis.

Mohamud juga harus bergulat dengan kelaparan yang mengancam yang disebabkan oleh kekeringan terburuk di negara Tanduk Afrika itu dalam 40 tahun.

Al-Shabaab telah diusir dari pusat-pusat perkotaan Somalia, termasuk Mogadishu pada 2011, tetapi tetap bercokol di petak-petak pedesaan yang luas.

Tentara AS pada hari Rabu mengklaim telah membunuh 27 pejuang Al-Shabaab dalam serangan udara di Somalia tengah untuk mendukung pasukan reguler negara itu.

Presiden Joe Biden memutuskan untuk mengembalikan kehadiran militer AS di Somalia pada bulan Mei untuk memerangi para jihadis, menyetujui permintaan dari Pentagon, yang menganggap sistem rotasi pendahulunya Donald Trump terlalu berisiko dan tidak efektif. (AN)


latestnews

View Full Version