View Full Version
Jum'at, 04 Sep 2009

Xinjiang Dalam Pengawasan Ketat Keamanan China

CAIRO - Pihak otoritas China pada hari Kamis 3 September kemarin memerintahkan penduduk di Barat Laut Provinsi Xinjiang untuk tetap di rumah, di tengah laporan tejadinya kerusuhan baru di wilayah yang berpenduduk mayoritas Muslim tersebut.

"Etnis Han China mengadakan sebuah pawai sehingga polisi memaksa dan memerintahkan kami untuk tetap tinggal di rumah," kata Halisa, seorang dokter mata kepada Kantor Berita Perancis (AFP) melalui telepon.

Seorang pemilik toko yang lokasinya berdekatan dengan pusat kota Nanmen mengatakan banyak orang masih memprotes perlakuan itu hingga sore harinya.

"Saya telah menutup tokoku, saya takut untuk pergi keluar, banyak orang berpawai di luar," kata wanita tersebut.

Xinjiang telah terjebak ke dalam kerusuhan pada July lalu  setelah ribuan orang dari Muslim Uighur turun ke jalan memprotes diskriminasi dan kontrol ketat terhadap agama dan kebudayaan di wilayah mereka oleh pemerintah China.

Pemerintah China melancarkan tindakan mematikan kepada para pemrotes, menyebabkan 200 orang lebih tewas dan 1.700 lebih terluka.

Xinjiang berpenduduk lebih dari 8 juta Muslim Uighur sebuah suku minoritas Muslim yang berbahasa Turkey di China, yang terus menjadi subjek tindakan kekerasan besar-besaran pihak keamannan China.

Xinjiang berpenduduk lebih dari 8 juta Muslim Uighur sebuah suku minoritas Muslim yang berbahasa Turkey di China, yang terus menjadi subjek tindakan kekerasan besar-besaran pihak keamannan China.

Muslim Uighur menuduh pemerintah mendatangkan jutaan etnis Han China ke daerah itu untuk melenyapkan identitas dan budaya mereka.

Beijing memandang wilayah yang luas tersebut sebagai aset negara yang tak ternilai harganya sebab merupakan lokasi penting yang strategis dekat Asia Tengah dan memiliki cadangan minyak dan gas yag melimpah.

Tidak Ada Pembicaraan


Pengetatan keamanan datang tidak lama setelah Beijing menolak panggilan dengan pemimpin Uigur di pengasingan Rabiya Kadeer untuk pembicaraan terhadap masa depan wilayah yang berpenduduk mayoritas Muslim tersebut.

"Rabiya Kadeer tidak memenuhi syarat untuk berbicara dengan pemerintah China," kata juru bicara pemerintahan China Xinjiang, Hou Hanmin.

Kadeer mendesak China pada hari Selasa lalu untuk melakukan pembicaraan repormasi politik di provinsi Barat Laut tersebut.

"Saya siap untuk berbicara dengan pemerintah China agar kita dapat mengatasi kegagalan kebijakan politik 60 tahun yang lalu dan mencari repormasi politik" katanya pada sidang parlemen Eropa Komisi Hak Asasi Manusia di Brusels.

"Ini waktunya bagi pemerintah China untuk duduk dan berbicara dengan kami, Dalai Lama dan semua semua pemimpin dari kaum non (mayoritas) Han China yang telah di fintah, dan di penjarakan hanya karena kebetulan kami tidak setuju dengan kebijakan para pejabat."

Otoritas China menuduh Rabiya Kadeer, kepala Kongres Dunia Uigur, sebagai dalang dari kerusuhan mematikan di Xinjiang  pada July lalu.

Otoritas China menuduh Rabiya Kadeer, kepala Kongres Dunia Uigur, sebagai dalang dari kerusuhan mematikan di Xinjiang  pada July lalu.

Namun Rabiya Kadeer, 62, ibu dari 11 orang anak itu dengan tegas menyakal tuduhan tersebut dan menuduh balik pemerintah China yang bersikap represif terhadap Muslim Uighur.

Rabiya Kadeer, seorang mantan pemilik pusat perbelanjaan terkemuka yang di sebut pernah menjadi salah satu wanita terkaya di China, di tuduh Beijing terobsesi untuk mempertahankan controlnya di daerah yang kaya akan sumber daya alam tersebut. (aa/IOL)


latestnews

View Full Version