Pastor Katholik Palestina Desak Umat Kristen Lindungi Al-Aqsa Dari Agresi Israel

TEPI BARAT, PALESTINA (voa-islam.com) - Seorang pastor Katolik Palestina telah mendesak umat Kristiani untuk bergabung dengan jamaah Muslim dan melindungi kompleks Masjid Al-Aqsa dari agresi oleh pasukan keamanan Zionis Israel.

"Siapa pun yang tidak bersama rakyatnya dalam perang tidak berhak bersama mereka pada saat damai," tulis Pastor Manuel Musallam dalam sebuah posting Facebook pada Ahad malam.

"Ini adalah hari ... ketika umat Kristen akan menegaskan kepada Muslim bahwa kita semua memiliki satu takdir dan satu peradaban, bahwa kita adalah satu orang di tanah suci ini," kata pastor berusia 82 tahun itu.

Komentar Pastor Musallam muncul ketika pasukan Israel terus mengepung Masjid Al-Aqsa dan menyerang jamaah di sana.

Puluhan ribu warga Palestina telah berkumpul di masjid, yang merupakan situs paling suci ketiga umat Islam, selama hari-hari terakhir bulan suci Ramadhan.

Polisi Israel telah menggunakan gas air mata, granat kejut dan peluru berlapis karet pada jamaah di masjid dalam serangkaian serangan yang dimulai pada hari Jumat.

Beberapa ratus orang terluka, lebih dari 300 pada hari Senin (10/5/2021) saja, menurut Bulan Sabit Merah Palestina.

Musallam, yang merupakan anggota Komite Pertahanan untuk Situs Suci Islam dan Kristen, juga mengutuk upaya otoritas dan pemukim ilegal Yahudi Israel untuk mengusir warga Palestina dari rumah mereka di lingkungan Yerusalem timur, Sheikh Jarrah.

Seorang aktivis lintas agama dan anti-pendudukan, Musallam telah berkampanye menentang penyitaan properti dan situs keagamaan Palestina di Yerusalem.

"Kami tidak akan mengizinkan pencurian rumah Muslim di Sheikh Jarrah, Silwan dan Wadi Al-Joz, dan untuk [Palestina] dikirim ke diaspora," tulis sang imam.

"Berdirilah, pendeta Kristen, di samping orang-orang Anda - yang tertindas, yang takut dan yang miskin - karena gereja adalah gereja yang tertindas, yang takut dan yang miskin," kata Musallam.

Israel menduduki Yerusalem timur, bersama dengan Tepi Barat dan Jalur Gaza, dalam Perang Enam Hari 1967. Ini kemudian mencaplok Yerusalem timur yang melanggar hukum internasional dan telah mengirim ratusan ribu pemukim untuk tinggal di sana dalam upaya mengubah karakter demografis kota. (TNA)