View Full Version
Kamis, 08 Apr 2010

Organisasi-Organisasi Korban Pelecehan Seksual Gereja di Eropa Marak

Sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya adanya gelombang protes berbagai bangsa atas tuduhan pelecehan seks yang ditujukan pada Gereja Katolik Roma, dan saat ini kelompok-kelompok advokasi baru bermunculan di seluruh Eropa untuk mendukung para korban pelecehan seksual.

Organisasi-organisasi tersebut saat ini telah aktif di AS selama lebih dari satu dekade, dan saat ini mereka telah mendirikan cabang di Jerman, Belanda, Austria, Italia dan di tempat lain di Eropa, lapor CNN.

Bert Smeets, musisi Belanda (58 tahun), yang telah membentuk sebuah kelompok korban pelecehan seks Gereja Katolik yang menyebut organisasinya dengan nama "Mea Culpa" telah menerima lebih dari 700 panggilan dan e-mail dari orang-orang yang ada di Belanda, rata-rata laporan mereka mengatakan bahwa mereka telah disiksa dan mengalami pelecehan seksual oleh para pastor sewaktu mereka masih anak-anak.

Di Jerman, para korban pelecehan seksual gereja bernama Norbert Denef memulai mendirikan organisasi baru korban pelecehan seksual gereja pada bulan lalu dan organisasi/kelompok mereka yang disebut dengan "Network B" telah dihubungi oleh ratusan korban pelecehan seksual para pastor Katolik.

"Selama bertahun-tahun kami sudah mendengar dari para korban yang ada di Eropa yang saat ini merasa terisolasi," kata Barbara Doris, direktur perlindungan para korban pelecehan seks gereja di AS yang bernama "Survivors Network of those Abused by Priests (SNAP)".

"Lalu tiba-tiba, skandal itu pecah di Jerman dan Austria, dan kami mulai mendapatkan panggilan dan pertanyaan apakah organisasi kami bisa membantu dan memberikan dukungan untuk pergi ke sana," katanya.

Menanggapi bangkitnya gelombang protes berbagai bangsa, Barbara Doris dan pejabat SNAP lainnya berkeliling ke Eropa pada akhir Maret untuk membentuk divisi baru SNAP dan berkoordinasi dengan organisasi baru korban pelecehan gereja di Austria, Belgia, Inggris, Jerman, dan Belanda.(fq/prtv)


latestnews

View Full Version