Presiden Kyrgyztan yang digulingkan mengatakan dia masih berada dalam negeri dan menolak untuk mengundurkan diri kendatipun adanya klaim pihak oposisi telah membentuk pemerintah sementara.
Pihak oposisi telah mengambil alih pemerintah negara miskin di Asia Tengah dan membubarkan parlemen setelah Bakiyev (60 tahun) tahun dikabarkan melarikan diri setelah terjadinya bentrokan mematikan di ibukota Bishkek, yang telah menewaskan paling sedikit 75 orang, dengan lebih dari 1.000 terluka.
Presiden Kurmanbek Bakiyev mengatakan ia telah digulingkan dalam sebuah "upaya kudeta negara" dengan bantuan dari luar.
Dia menambahkan bahwa "hampir tidak mungkin untuk melakukan semacam operasi terkoordinasi" tanpa kekuatan dari luar, hal itu dia katakan kepada radio Rusia Echo Moskow hari Kamis kemarin (8/4).Dia menolak untuk menyebutkan nama negara yang telah membantu oposisi dalam usaha melakukan kudeta.
"Saya berada di bagian selatan Kyrgyzstan dan tidak punya rencana untuk meninggalkan Kyrgyzstan saat ini," ujarnya dalam sebuah wawancara radio.
Pada hari Kamis, warga di ibukota negara terbangun dan menemukan sebagian besar toko mereka hancur dan kosong setelah terjadinya malam penjarahan. Jalanan dipenuhi pecahan kaca dari jendela toko.
Demonstran juga membongkar dan membakar rumah presiden yang digulingkan.
Para pemimpin interim baru Roza Otunbayeva menuntut pengunduran diri Presiden Bakiyev, yang katanya telah membantu dirinya ke tampuk kekuasaan lima tahun lalu. Roza Otunbayeva telah menjanjikan konstitusi baru dan pemilihan presiden dalam waktu enam bulan ke depan.
Otunbayeva mengatakan bahwa mengambil alih pemerintahan dan akan menjalankan posisi presiden dan parlemen untuk saat ini. Dia mengklaim bahwa mereka mengontorl penuh terhadap ibukota, angkatan bersenjata dan media.
Pihak oposisi juga mengatakan menginginkan pangkalan militer AS, Manas, dihapus dari tanah Kyrgyztan untuk alasan keamanan.
Sementara itu, Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin telah menyatakan terkejut pada kerusuhan berdarah yang terjadi di Kyrgyzstan pada hari Rabu lalu. Putin telah berbicara dengan Otunbayeva melalui telepon pada Kamis kemarin (8/4) menawarkan bantuan kemanusiaan bagi negara tersebut, AFP melaporkan.(fq/prtv)