Tim penyelamat masih berupaya mencapai lokasi jatuhnya pesawat AN-24 milik maskapai penerbangan lokal Pamir Airways yang dilaporkan jatuh di kawasan pegunungan di utara Afghanistan, Senin (17/5).
Tim penyelamat yang berjumlah 70 orang kesulitan untuk mencapai lokasi yang diduga tempat jatuhnya pesawat, karena medan yang sulit dijangkau dan kondisi cuaca yang buruk. Titik jatuhnya pesawat, aparat kepolisian setempat, berada di ketinggian 3.800 meter di kawasan pegunungan bernama Salang Pass yang tertutup kabut tebal.
"Satu-satunya cara untuk mencapai lokasi itu, hanya berjalan kaki. Helikopter tidak bisa masuk kesana," kata Kolonel Nabiullah, pejabat polisi di Salang Pass.
Sementara, Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Zemarai Bashary mengatakan bahwa pihaknya sudah meminta pasukan NATO di Afghanistan untuk membantu upaya evakuasi korban dan menurut juru bicara NATO, mereka telah menyiapkan dua helikopter, satu helikopter standby dan satu helikopter lagi sudah menuju lokasi jatuhnya pesawat komersial milik Pamir Airways, satu dari tiga perusahaan maskapai penerbangan swasta di Afghanistan yang kebanyakan hanya melayani rute domestik.
Pesawat yang jatuh itu sedang dalam perjalanan dari kota Kundus ke Kabul dengan membawa 38 penumpang dan enam kru pesawat. Menteri Transportasi Afghanistan Mohammadullah Bataz menyatakan, pesawat lepas landas sekitar pukul 08.30 pagi waktu setempat dan diperkirakan akan mendarat di Kabul pada pukul 09.10. Ia belum bisa mengatakan apa penyebab jatuhnya pesawat buatan Rusia itu, namun ia tidak menepis kemungkinan pesawat jatuh akibat cuaca buruk.
"Kami harus menemukan kotak hitamnya dulu untuk mengetahui penyebab jatuhnya pesawat. Kami tidak mengesampingkan kemungkinan penyebab kecelakaan pesawat, bisa jadi karena cuaca buruk, kesalahan teknis, badai, petir bahkan kemungkinan serangan teroris," kata Bataz.
Dari daftar manifes penumpang, terdapat enam warga negara asing, diantaranya tiga warga negara Inggris. Sementara situs berita Turki, World Bulletin melaporkan bahwa salah seorang penulisnya, Bahattin Yildiz menjadi salah satu penumpang di pesawat naas itu, termasuk seorang aktivis kemanusiaan asal Turki. Yildiz berada di Afghanistan untuk sebuah proyek anak-anak yatim piatu. (ln/aljz/wb)