Muslim di Malawi selatan telah membakar alkitab/injil sebagai protes terhadap adanya distribusi alkitab tersebut di sekolah-sekolah Islam oleh organisasi Gideon International, kata seorang pejabat senior Asosiasi Muslim Malawi, Selasa kemarin (5/10).
"Kami merasa terganggu dan beberapa orangtua dan pemimpin Islam lainnya terpaksa membakar kitab suci Injil itu sebagai aksi protes," kata Imran Syaikh Sharif, sekretaris jenderal asosiasi muslim Malawi kepada Reuters.
Dia mengatakan pembakaran Alkitab dilakukan oleh beberapa muslim 'fanatik' dan asosiasi telah memerintahkan mereka untuk menghentikan aksi tersebut.
Malawi memiliki 1,7 juta penduduk Muslim, kebanyakan tinggal di wilayah selatan negara itu, yang memiliki populasi sekitar 15 juta.
Protes umat Muslim telah banyak dikritik di Malawi yang sekuler, yang telah memiliki gesekan kecil kasus masalah agama.
Pendeta McDonald Kadawati, seorang pendeta Kristen terkemuka meminta para pemimpin muslim untuk meminta pengikutnya untuk menghentikan pembakaran Alkitab.
"Ini adalah kasus menyedihkan dari intoleransi agama dan kami mengutuk tindakan ini," kata Kadawati. Dia meminta polisi untuk menangkap mereka yang terlibat.
Inspektur Jenderal Polisi Petrus Mukhito mengatakan, polisi telah melakukan penyelidikan tapi tidak mengatakan berapa banyak Alkitab yang telah dibakar.
Gideon Internasional, yang didedikasikan untuk menyediakan salinan Alkitab kepada masyarakat di seluruh dunia, mengatakan di situs internet bahwa mereka telah membagikan sekitar 90 juta Alkitab di 22 negara di Afrika timur.
Insiden di Malawi muncul setelah Presiden AS Barack Obama meminta adanya toleransi beragama bulan lalu sebagai tanggapan terhadap ancaman pastor Florida untuk membakar salinan Alquran, yang memicu kecaman di dunia Muslim. (fq/thestar)