Presiden Serbia Boris Tadic meminta maaf pada hari Kamis kemarin (4/11) untuk kekejaman yang dilakukan oleh Serbia di Kroasia pada tahun 1990-an selama kunjungannya ke sebuah kuburan massal.
Tadic melakukan kunjungan bersejarah ke Vukovar, sebuah kota yang hancur oleh tentara Serbia yang dipimpin Yugoslavia dan milisi.
Dia dan rekan Kroasia-nya, Ivo Josipovic, meletakkan karangan bunga di Ovcara, sebuah kuburan massal lebih dari 200 pasien rumah sakit yang dieksekuis setelah tentara Yugoslavia dan milisi Serbia menguasai Vukovar pada bulan November 1991, setelah pengepungan tiga bulan yang brutal.
"Saya di sini untuk menghormati para korban, untuk mengucapkan kata-kata permintaan maaf, untuk menunjukkan penyesalan dan menciptakan kemungkinan bagi Serbia dan Kroasia untuk membuka lembaran baru," kata Tadic setelah peletakan karangan bunga berlabel 'Untuk korban yang tidak bersalah' .
"Anak-anak kita tidak boleh dibebani dengan kebijakan tahun 1990-an. Serbia ingin melakukan hubungan bertetangga dengan baik dan kerjasama," kata Tadic, pejabat senior Serbia pertama yang mengunjungi Vukovar, setelah menyalakan lilin di peringatan di kota yang merupakan lambang penderitaan perang untuk Kroasia.
Kroasia keluar dari Yugoslavia pada tahun 1991 tetapi etnis Serbia memberontak menentang kemerdekaan tersebut dan dengan dibantu serta dipersenjatai oleh Belgrade, menguasai sepertiga negara. Kroasia merebut kembali wilayah itu pada tahun 1995.
Dalam sebuah tindakan simbolis, Tadic dan Josipovic kemudian meletakkan karangan bunga Kamis kemarin di sebuah kuburan yang berdekatan dengan tempat di mana pasukan Kroasia ditangkap dan dieksekusi Serbia pada tahun 1991. [eramuslim/fq/agencies]