Ratusan akademisi Afrika dengan dukungan dari tokoh berpengaruh internasional mengumumkan sebuah inisiatif untuk memboikot universitas-universitas Israel sampai negara zionis tersebut mengakhiri pendudukan mereka di wilayah Palestina.
Lebih dari 200 akademisi dari 13 universitas Afrika berjanji dalam sebuah pernyataan yang dilaporkan oleh media yang berbeda pada hari Ahad kemarin (7/11) untuk mendukung inisiatif yang dibuat universitas Johannesburg yang menyerukan untuk mengakhiri kerjasama akademik dengan pendudukan Israel.
Surat kabar Al-Ahram Mesir mengatakan hari ini bahwa banyak tokoh yang berpengaruh internasional mendukung inisiatif ini termasuk Uskup Agung Afrika Selatan dan pemenang Nobel Desmond Tutu di samping tokoh-tokoh terkemuka di Afrika Selatan lainnya.
Pernyataan para akademisi tersebut mencatat bahwa universitas-universitas Israel tidak ditargetkan karena identitas etnis atau keyakinan agama mereka, tetapi karena dukungan mereka terhadap rezim apartheid di Israel, terutama universitas Ben-Gurion yang secara langsung maupun tidak langsung mendukung serangan militer yang dilakukan oleh tentara Israel terhadap warga Palestina.
Para akademisi juga menuduh universitas Ben Gurion mensponsori proyek penelitian ilmiah yang melayani program persenjataan tentara Israel dan berkontribusi terhadap produksi senjata terlarang yang digunakan terhadap warga Palestina.
Surat kabar Al-Ahram menunjukkan bahwa kampanye boikot ini didahului oleh laporan yang dikeluarkan bulan lalu oleh dewan penelitian human sciences di Afrika Selatan dan didanai oleh departemen urusan luar negeri Afrika Selatan dengan judul "Apakah Israel negara apartheid."
Laporan tersebut menekankan bahwa negara-negara, yang menjalankan kebijakan apartheid, mengikuti tiga metode untuk mempertahankan dominasi kelompok etnis tertentu, dan dalam kasus Israel, rezim di sana menggunakan hukum, pengadilan dan aparat keamanan untuk menerapkan kebijakan rasial terhadap warga Palestina dan hanya mendukung orang-orang Yahudi saja. (fq/pic)