View Full Version
Senin, 29 Nov 2010

NATO: Taliban Gadungan Dilatih Intelijen Pakistan

ISLAMABAD (Berita SuaraMedia) – Taliban palsu yang turut ambil bagian dalam pembicaraan rekonsiliasi Afghanistan dan menyaru sebagai Mullah Akhtar Muhammad Mansur, salah satu komandan paling senior dalam gerakan Taliban, dilatih oleh dinas intelijen Pakistan, ISI, kata seorang personel senior NATO di Afghanistan.

"Penyamar itu adalah seseorang yang dididik Inter Services Intelligence untuk menghentikan dan melawan kami," katanya seperti dikutip Daily Times.

"Kami berada di atas segalanya, Kami tahu ke mana pria itu pergi dan menyimpan koper-koper itu," tambahnya.

Akan tetapi, komunitas intelijen Pakistan dan ISI membantah klaim itu dan menyebutnya "konyol."

"Itu kesalahan mereka sendiri, bukan (kesalahan) kami," kata mereka.

Meski mungkin benar bahwa hal macam itu bisa menjadi aset intelijen bagi komunitas intelijen pesaing, hal tersebut juga merupakan cerminan hubungan AS dan Pakistan yang diwarnai rasa saling tidak percaya dan bentrokan kepentingan strategis di Afghanistan.

Menurut surat kabar Daily Times, dinas intelijen Inggris MI6 bertanggung jawab atas kesalahan itu karena yakin bahwa orang tersebut adalah seorang komandan Taliban yang penting dalam proses perdamaian Afghanistan.

"Intelijen Inggris naif, dan kami sempat berharap banyak," kata seorang pejabat senior Afghanistan seperti dikutip surat kabar itu.

Kepada pria yang mengklaim sebagai Mansur, orang nomor dua Mullah Omar, tersebut, AS telah memberikan banyak uang agar ia turut berpartisipasi dalam pembicaraan.

Para pejabat NATO dan Afghanistan mengaku telah menggelar tiga pertemuan dengan pria itu. Pria itu datang dari Pakistan, tempat para pemimpin Taliban berlindung. Tak hanya itu, sang pemimpin Taliban gadungan bahkan sempat bertemu dengan Presiden Afghanistan Hamid Karzai.

Surat kabar itu menyatakan, karena takut menjadi bahan tertawaan, Karzai yang diterbangkan ke Kabul dalam sebuah pesawat NATO dan bergegas menuju istana kepresidenan, membantah bahwa dirinya telah bertemu pria gadungan itu.

Sementara itu, Syura Quetta yang kini berbasis di Karachi, membenarkan bahwa Mansur ada dalam keadaan aman dan tidak pernah bernegosiasi dengan Amerika dan Barat.

"Hanya Mullah Muhammad Omar yang berhak menyetujui negosiasi semacam itu. Kami hanya akan bicara setelah pasukan AS dan NATO sepenuhnya ditarik dari Afghanistan," kata Zabiullah Mujahid, juru bicara Taliban.

Meski ada beberapa versi mengenai identitas pria tersebut yang diperbincangkan, beberapa seksi militer AS di Afghanistan mengetahui identitas sesungguhnya dari Taliban gadungan itu sejak awal, tapi mereka memang sengaja tutup mulut, demikian dilansir surat kabar itu.

Gagasan utamanya adalah "menunggu dan melihat", sementara agenda sesungguhnya adalah memperpanjang masa tinggal dan menyabotase tanggal penarikan pasukan yang diumumkan oleh Presiden AS Barack Obama dan keputusan yang baru-baru ini diambil di Lisbon dalam konferensi NATO.

Keseluruhan peristiwa Taliban palsu tersebut juga membuat peranan meragukan AS dan NATO di Afghanistan mendapat sorotan, khususnya komandan pasukan AS dan NATO di Afghanistan, Jenderal David Petraeus yang mampu memperoleh keuntungan politik dari fakta bahwa sebagian besar jurnalis dan elit politik AS yakin bahwa tindakannya ditambah dengan faktor penambahan pasukan membuat golongan Sunni bekerja sama menentang al-Qaeda di Irak.

Tapi, "formula sukses" Petraeus di Irak tersebut banyak diragukan. Para pengkritiknya yakin bahwa di Irak, golongan Sunni sudah menentang milisi al-Qaeda sebelum Petraeus mengambil alih kendali pada Februari 2007. (dn/nk) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version