REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Mantan presiden Irak, Saddam Husein, sebelum Perang Teluk I terjadi ternyata mengirimkan pesan damai terhadap Presiden Amerika Serikat, George Bush. Namun pesan itu diacuhkan AS yang tetap menyerang Irak setelah konflik perbatasan dengan Kuwait memanas.
Dalam dokumen rahasia Kedubes AS di Baghdad berkode 90BAGHDAD4237 tertanggal 25 Juli 1990 disebutkan Presiden Irak Saddam Hussein punya pesan penting bagi Presiden AS. Ini disampaikan Saddam dalam pertemuan dengan Dubes AS di Baghdad.
"Irak ingin bersahabat dengan Amerika. Tapi apakah Pemerintah AS menginginkan hal serupa?" kata Saddam, seperti dikutip WikiLeaks. "Irak kini merana akibat perang. Kami kehilangan 100 ribu warga. Kondisi kami sangat miskin, sampai-sampai kami akan menyabut subsidi bagi anak yatim piatu," kata Saddam yang tewas akibat hukuman gantung ini.
Menurut Dubes AS, Saddam berbicara dengan sangat berhati-hati. Ia memilih katanya dengan cermat. "Ada lingkaran di dalam pemerintahan AS, termasuk CIA dan Deplu AS, yang tidak ingin hubungan baik antara Irak-AS berlanjut," katanya. "Lingkaran itu kini mengumpulkan informasi tentang siapa yang akan menggantikan saya. Mereka beraksi untuk memastikan Irak tidak akan mendapat bantuan dalam krisis ini," katanya.
Ia menambahkan, Irak kini dalam masalah keuangan yang sangat berat. Irak punya utang sebesar 40 juta dolar AS. Irak butuh bantuan AS. "Tapi AS justru menginginkan harga minyak turun," kata Saddam, bertanya.
"Tapi terlepas dari hal yang membuat Irak terganggu atas AS. Kami tetap ingin mengembangkan hubungan baik kedua negara. Namun bagi pihak yang ingin memaksa harga minyak turun dan membuat perang ekonomi terhadap Irak, kami tidak akan tinggal diam. Ini masalah harga diri," kata Saddam, tegas.