Hosni Mubarak telah mentransfer "kekayaannya" ke rekening yang tidak bisa dilacak di luar negeri selama 18 hari aksi unjuk rasa yang menyebabkan kejatuhannya, surat kabar The Telegraph melaporkan pada hari Minggu kemarin (13/2) mengutip sumber intelijen senior Barat.
Mantan presiden yang dipaksa untuk menyerahkan kekuasaan kepada dewan militer tertinggi itu dalam apa yang banyak digambarkan sebagai sebuah kudeta lembut telah memindahkan beberapa asetnya di rekening yang tidak bisa dilacak di luar negeri dan memindahkan beberapa asetnya yang sudah ada ke rekening negara Barat.
Beberapa hari sebelum Mubarak jatuh, laporan media mengestimasi kekayaan keluarganya yang mencapai 4-70 miliar dolar.
Pemerintah Swiss telah mengambil langkah untuk membekukan aset milik Mubarak dan sekutu-sekutunya, tak lama setelah Mubarak menyerahkan kekuasaannya kepada pihak militer.
"Dewan Federal (pemerintah) telah memutuskan untuk membekukan aset dari mantan presiden Mesir dan kroninya di Swiss dengan segera," kata kementerian luar negeri Swiss dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Jumat lalu.
"Kami menyadari adanya beberapa percakapan penting di dalam keluarga Mubarak tentang bagaimana menyelamatkan aset-aset ini," dikutip The Telegraph dari sumber intelijen barat, "Dan kami pikir penasihat keuangan mereka telah memindahkan sebagian besar uang Mubarak. Jika dia punya uang riil di Zurich, mungkin sekarang sudah hilang. "
Mubarak rupanya belajar dari pelajaran Presiden Tunisia yang digulingkan Zine El Abidine Ben Ali, yang buru-buru lari ke Arab Saudi sementara pemerintah Swiss membekukan rekening bank keluarganya.(fq/aby)