Putera Mahkota Kerajaan Inggris, Pangeran Charles menekankan pentingnya dialog antar umat agama, terutama antara komunitas Muslim dan Kristiani, untuk meningkatkan pemahaman antara mereka. Ia meminta agar para pemuka agama dari kedua pengikut agama tersebut saling berkunjung, agar sikap saling menghormati dan toleransi antar pemeluk agama lebih baik lagi di masa depan.
"...menghormati budaya orang lain, adalah satu-satunya cara untuk mencapai persatuan dalam situasi keberagaman," ujarnya dalam pertemuannya cendikiawan Muslim Maroko di sela-sela kunjungannya ke negeri itu pekan ini.
"Cendikiawan Muslim bisa datang ke universitas-universitas di Inggris, untuk memperluas wawasan atau untuk belajar selama satu atau dua tahun, dan orang-orang dari Inggris juga bisa datang ke sini (Maroko) untuk memahami Islam," kata Pangeran Charles dalam pertemuan yang berlangsung di Universitas Qarawiyyin di kota Fez, Maroko.
Universitas Qarawiyyin merupakan salah satu universitas tertua di dunia--didirikan pada tahun 859--yang sampai sekarang masih beroperasi. Dalam kunjungan itu, Pangeran Charles melihat sejumlah manuskrip kuno dari abad ke-12, termasuk Kitab Perjanjian Baru yang ditulis dalam bahasa Arab.
Di Inggris, "Prince of Wales" itu menjadi pelindung dari Pusat Studi Islam di Universitas Oxford. Dalam berbagai kesempatan pidatonya tentang Muslim dan Barat, Pangeran Charles menegaskan pentingnya kedua belah pihak untuk hidup saling berdampingan.
Dalam pertemuan dengan cendikiawan Muslim Maroko, Pangeran Charles sempat mengeluh, bahwa upayanya untuk menggiatkan dialog antar pemeluk agama kerap menghadapi kendala dari pihak-pihak yang tidak sepakat dengannya. (ln/oi)