Ratusan pelajar di Afghanistan melanjutkan aksi mereka dengan mengadakan demonstrasi damai di provinsi timur Khost untuk memprotes penodaan Al-Qur'an yang dilakukan oleh seorang pendeta AS.
Pada hari kedelapan kemarahan terhadap pembakaran salinan kitab suci Al-Quran, sekelompok mahasiswa turun keluar ke kota, menyerukan penuntutan terhadap mereka yang berada dibalik aksi pembakaran Al-Quran di AS, seorang koresponden Press TV melaporkan.
Aksi demo yang berlangsung kemarin (9/4) merupakan aksi yang terbaru dalam serangkaian unjuk rasa yang mengguncang Afghanistan terkait pembakaran Al Qur'an di Amerika Serikat. Aksi protes hampir setiap hari berlangsung sejak penghujatan itu terjadi di sebuah gereja kecil di negara bagian AS Florida pada bulan Maret lalu.
Pada tanggal 20 Maret, Terry Jones, pastor dari gereja Dove World Outreach Center di Gainesville, Florida, memicu kemarahan di seluruh dunia dengan menjadi saksi acara pembakaran salinan Al-Quran.
Jones pertama kali merencanakan untuk membakar Al-Quran tahun lalu pada hari peringatan serangan 11 September tetapi berubah pikiran karena kecaman dunia.
Langkah asusila, yang didukung oleh pemerintah AS sebagai "kebebasan berekspresi" menyebabkan gelombang protes mematikan di Afghanistan pada awal April dan memperoleh momentum pekan lalu.
Sepuluh pekerja asing PBB tewas setelah sejumlah kecil pengunjuk rasa marah menyerbu markas PBB di Afghanistan utara kota Mazar-i-Sharif dengan latar belakang sentimen anti-Barat di negeri ini.
Setidaknya sepuluh Afghan tewas dan lebih dari 80 orang lainnya mengalami luka-luka di kota selatan Kandahar pada hari Sabtu di hari kedua protes kekerasan atas penodaan Al-Qur'an, menurut Reuters.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengutuk penodaan berulang Al-Qur'an, dengan mengatakan "Tindakan tersebut tidak bisa dimaafkan oleh agama apapun."
Pernyataan Ban datang pada saat pendeta ekstremis Amerika dilaporkan telah mengumumkan rencana untuk melakukan aksi demo anti-Islam di luar sebuah mesjid Michigan pada 22 April mendatang.
Tindakan kurang ajar pembakaran Al Qur'an muncul pada saat Washington telah mengusir atau menahan setiap muslim di Amerika yang mencoba mengekspresikan pandangan kritis mereka atas dukungan AS terhadap kekejaman Israel di Palestina dan kebijakan selektif dalam melancarkan global "perang melawan teror."(fq/prtv)