Iring-iringan mobil raja Yordania telah diserang ketika ia sedang melakukan perjalanan resmi ke kota selatan Tafileh, seorang pejabat keamanan mengatakan.
Berbicara pada kondisi anonimitas, pejabat keamanan tersebut mengatakan Raja Abdullah II tidak terluka dalam insiden yang terjadi Senin kemarin (13/6) namun 25 petugas polisi terluka, salah satu dari mereka mengalami luka serius.
"Bagian belakang dari iring-iringan Raja Abdullah II diserang dengan batu dan botol kosong oleh sekelompok laki-laki yang berusia 20-an hingga 30-an setelah mobil raja masuk Tafileh," kata pejabat itu, menambahkan bahwa konvoi mengubah rute menyusul adanya serangan.
Pengadilan kerajaan dan pemerintah Yordania, bagaimanapun, telah membantah laporan bahwa raja menjadi sasaran kekerasan di kota selatan, mengatakan para pemuda Yordania uang marah menyerang polisi anti huru-hara yang menjaga iring-iringan Raja Abdullah II.
"Ini benar-benar beralasan. Bukti yang diambil selama kunjungan ke Tafileh membuktikan bahwa raja tidak diserang," kata seorang pejabat pengadilan kepada AFP.
"Iring-iringan raja tidak diserang dan kunjungan ke Tafileh berhasil," kata juru bicara pemerintah Taher Adwan kepada kantor berita negara Petra.
"Semua yang terjadi hanyalah pertengkaran antara polisi dan anak-anak muda yang ingin menyambut raja," tambahnya.
Beberapa laporan mengatakan bahwa kekerasan muncul setelah walikota Tafileh melarang para pemuda pengangguran menghadiri pertemuan dengan raja dan juga karena perlakuan kasar dari polisi anti huru-hara, yang memukul mereka karena mereka mencoba melewati garis trotoar.
"Mereka yang tidak mewakili rakyat Tafileh yang telah dipilih untuk duduk dengan raja," kata kelompok yang menamakan dirinya "orang bebas dari Tafileh."
Serangan itu terjadi sehari setelah Raja Abdullah II bersumpah untuk meningkatkan reformasi politik dan ekonomi dan menjanjikan UU pemilu baru yang mengarah ke pemerintahan parlemen dalam upaya untuk mengakhiri berbulan-bulan aksi unjuk rasa anti-pemerintah di negara tersebut.
Tafileh, sekitar 200 kilometer (124 mil) selatan ibukota Amman, Yordania seperti kota-kota lainnya, telah menjadi tempat aksi protes anti-pemerintah selama beberapa bulan terakhir. (fq/prtv)